Ilustrasi. (BP/ant)

Tanggal 28 Oktober ini, kita akan menyambut hari Sumpah Pemuda yang kini telah berusia 90 tahun. Boleh dikatakan ini merupakan endapan kecerdasan dan contoh prestasi bangsa Indonesia untuk mempersatukan diri. Tidak dapat dimungkiri, Sumpah Pemuda telah memberikan pelajaran besar tentang persatuan Indonesia.

Bukan tidak mungkin, munculnya konsepsi sila ketiga yang berupa Persatuan Indonesia tersebut, diinspirasikan oleh nilai-nilai di dalam Sumpah Pemuda kita. Hasil dari Sumpah Pemuda itu sesungguhnya mengandung fakta-fakta tentang Indonesia. Jika dipelajari secara mendalam, itulah fakta tentang Indonesia, sekaligus menjadi solusi terhadap persatuan Indonesia.

Akan tetapi, studi-studi yang ada saat ini, masih belum mampu menggali berbagai penafsiran yang ada di dalam Sumpah Pemuda tersebut. Kita bangga bahwa justru yang melahirkan itu adalah generasi muda, yang kalau kita lihat di gambar-gambarnya, barangkali mereka itu masih berusia belasan tahun.

Indonesia adalah negara yang majemuk, tidak hanya dari suku dan agama tetapi juga geografis. Kemajemukan geografis itulah yang melahirkan budaya, dan dari budaya ini kemudian berimbas kepada pilihan agama. Dan karena geografis itu pula melahirkan berbagai bahasa di Indonesia.

Baca juga:  Bersainglah dengan Sriwijaya dan Majapahit

Pemuda-pemuda kita dahulu barangkali amat menyadari ini sehingga kemudian membuat kesepakatan terhadap dua hal, yaitu berbangsa dan berbahasa yang satu yaitu Indonesia. Ini merupakan cerminan dari fakta sosial yang ada di Indonesia, yang tidak mungkin bisa diubah. Ini merupakan kodrati, cipta Tuhan yang tidak mampu diubah.

Bayangkan, anak-anak muda yang masih belasan tahun saja sudah sadar dengan fakta Indonesia ini. Lalu mengapa generasi yang usianya puluhan tahun pada zaman sekarang, masih ada juga yang menginginkan Indonesia ini menjadi monokultur, berbudaya tunggal? Apakah kemudian tidak malu dengan anak-anak muda belasan tahun yang lahir satu abad yang lalu itu? Inilah yang harus dipikirkan oleh politisi-politisi Indonesia.

Baca juga:  BPS Lansir Neraca Perdagaan Indonesia Alami Surplus

Deretan (suku) bangsa di Indonesia ini sesungguhnya telah menyediakan solusi untuk persoalan yang dihadapi Indonesia itu. Kita memiliki bahasa melayu yang telah menjadi lingua franca. Ke-lingua franca-an ini, telah memberikan pesan kepada kita bahwa bahasa Melayu itu sederhana sehingga mudah dipahami oleh sebagian besar warga di Nusantara. Maka, bahasa Melayu itu menjadi sumber daya yang mempersatukan Indonesia. Inilah yang kemudian disepakati untuk

dipakai sebagai bahasa Indonesia. Jadi, keragaman Indonesia ini telah memberikan solusi bagi persoalan di Indonesia. Jadi, jika kita sekarang mempunyai persoalan tentang kenegaraan atau keindonesiaan, kita percaya bahwa berbagai kearifan tradisional (kesukuan) yang ada di Indonesia itu, telah menyediakan solusinya.

Tidak usah kita jauh mencari-cari solusinya, apalagi ke Barat. Bahasa Melayu yang kemudian menjadi bahasa Indonesia tersebut, lagi-lagi mengajarkan kita tentang demokrasi. Tidak ada struktur yang ketat dalam bahasa Indonesia tersebut. Kita berbahasa yang sama terhadap siapa pun di Indonesia, entah kepada presiden atau kepada para pengemis, bahkan juga dengan penjahat.

Baca juga:  Indonesia Berpeluang Jadi Tuan Rumah Piala Dunia

Sebutan berbangsa satu dalam Sumpah Pemuda, adalah sebuah fakta juga. Kita Indonesia ini adalah kumpulan orang-orang yang terdiri dari berbagai (suku) bangsa, yang jumlahnya ratusan. Maka cara terbaik untuk menyebutkan kesatuan itu adalah dengan menyebut bangsa Indonesia, bukan bangsa Maluku, Bali, Flores dan sebagainya, tetapi bangsa Indonesia.

Dan sebutan tentang tanah air, adalah fakta bahwa Indonesia itu merupakan bangsa yang melimpah dengan tanah dan air yang ada, yang merupakan ciri dari negara kepulauan. Tanah dan air itu menyatu, air itu merupakan bagian yang mempersatuan Indonesia, bukan memisahkan. Itulah fakta-fakta sosial yang tercermin dalam Sumpah Pemuda. Kita harus tahu itu dan sampaikan kepada generasi muda kita.

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *