DENPASAR, BALIPOST.com – Perkembangan pariwisata di Bali memberikan tantangan tersendiri bagi setiap daerah. Sebagai salah satu destinasi wisata kelas dunia, hampir seluruh wilayah Bali memiliki obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi, tak terkecuali Kota Denpasar.
Sebagai ibukota Provinsi Bali, Denpasar menjadi urat nadi perkembangan di berbagai sektor. Hingga saat ini, geliat perkembangan pariwisata di Kota Denpasar memberikan kontribusi pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai 32 persen.
Jumlah ini terus meningkat yang membuktikan perkembangan kepariwisataan di Denpasar semakin baik. Hal ini tak lepas dari komitmen besar Wali Kota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra bersama Wakil Wali Kota, IGN Jaya Negara dengan penekanan pembangunan pada Denpasar yang berwawasan budaya menuju keharmonisan yang bermuara pada kebahagian untuk kesejahteraan masyarakat.
Wali Kota yang akrab disapa Rai Mantra ini, Minggu (28/10), mengatakan semakin pesatnya pertumbuhan pariwisata di Bali, khususnya di Kota Denpasar menjadi angin segar bagi kita semua. Kendati demikian, putra mantan Gubernur Bali, IB Mantra ini mengajak semua pihak agar tidak terlena.
Melainkan, terus mengikuti perkembangan sehingga mampu memberikan pertumbuhan ekonomi di segala bidang. “Pariwisata harus memberikan dampak bagi semua kalangan, dan mendukung pertumbuhan ekonomi hingga sektor terbawah sebagai wujud pemerataan,” jelas Rai Mantra.
Lebih lanjut dikatakan, pemerataan ini dapat diwujudkan dengan menggali potensi dengan menciptakan destinasi wisata baru dengan mendorong terbentuknya komunitas (community based) sehingga kemajuan pariwisata ini tidak hanya dinikmati oleh golongan tertentu. “Sebagai masyarakat, tentu kita harus mampu bersama-sama melihat peluang. Sehingga semakin banyak adanya ide kreatif dengan menggali potensi yang ada dapat menciptakan obyek wisata baru dengan tetap menjaga kearifan lokal yang ada,” ujarnya.
Pihaknya mencontohkan Kawasan Tukad Bindu, Kawasan Tukad Loloan, Kawsan Taman Kumbasari Tukad Badung, serta sungai lainya yang telah direvitalisasi. Dengan program tersebut, tentu dapat memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa sungai itu bukan tempat sampah ataupun tempat pembuangan limbah.
Dengan didukung pengembangan Smart City Kota Denpasar yang salah satunya adalah Smart River Walk tentu dapat memberikan nilai tambah bagi sungai itu sendiri. “Dengan begitu maka sungai sebagai tempat yang disucikan memang benar-benar menjadi tempat yang suci, serta memberikan nilai tambah dan menjadi potensi wisata baru,” paparnya.
Rai Mantra menuturkan bahwa selain sungai, Pasar Tradisional sebagai penggerak ekonomi kerakyatan juga gencar direvitalisasi. Hingga saat ini terdapat sedikitnya 33 pasar tradisional yang telah direvitalisasi dan sebagian besar menjadi obyek wisata baru.
Dengan munculnya obyek wisata baru ini tentu akan memberikan zonasi secara langsung terhadap pengembangan obyek wisata, khususnya di Kota Denpasar. Adanya zonasi ini bisa meminimalisir perang harga yang menjadi persoalan klasik pariwisata.
“Pemerataan pengembangan pariwisata tidak hanya tentang investasi, melainkan kreatifitas masyarakat yang dapat menggali potensi sehingga muncul tujuan wisata baru. Sehingga semua wilayah dan aspek ekonomi mendapatkan dampak langsung perkembangan pariwisata termasuk aspek pendukung yakni UMKM yang merupakan sektor penting ekonomi kreatif di Denpasar ini, pariwisata harus bergerak dalam balutan ekonomi kreatif dan menguatkan kebudayaan,” tegas Rai Mantra.
Rai Mantra menambahkan, keseluruhan aspek pembangunan di Kota Denpasar yang bermuara pada kesejahteraan rakyat tentu dipengaruhi sektor pariwisata. Hal ini lantaran sebagian besar pelaku pariwisata bertindak sebagai konsumen. Sehingga mampu mendorong tumbuh kembang sektor pendukung lainya, seperti UMKM yang kini jumlahnya di Kota Denpasar telah mencapai 30.840 lebih unit usaha. “Intinya kemajuan pariwisata di Bali khususnya di Kota Denpasar yang sebagian besar daya tariknya berada pada pariwisata budaya ini harus kita jaga dan lestarikan bersama dengan tetap konsisten pada pakem dan kualitas pementasan. Sehingga pariwisata budaya kita yang metaksu ini memiliki ciri khas tersendiri. Pembangunan obyek wisata baru berbasis partisipasi masyarakat harus terus didorong, sehingga pertumbuhan di berbagai sektor yang kini telah dirasakan masyarakat dapat dimaksimalkan,” pungkasnya. (Asmara Putera/balipost)