MANGUPURA, BALIPOST.com – Indonesia menetapkan target untuk mengalokasikan 20 juta hektar wilayah perairannya sebagai kawasan konservasi dan mengharapkan untuk sepenuhnya memenuhi tujuan keanekaragaman hayati lautnya yang ambisius. Tetapi negara membutuhkan bantuan untuk mencapai target tersebut.
Data pemerintah menunjukkan bahwa Indonesia telah mendeklarasikan 19,14 juta hektar kawasan konservasi perairan sampai Desember 2017, atau 96% dari komitmennya untuk membangun 20 juta hektar kawasan konservasi pada 2020. “Ini adalah prestasi yang sangat terpuji, tetapi kita sekarang harus bergerak melampaui deklarasi tersebut dan fokus untuk memastikan bahwa wilayah-wilayah ini dikelola secara efektif,” kata Vice President Conservation International Indonesia Ketut Sarjana Putra, yang juga merupakan juru bicara FKKI pada acara Our Ocean Conference 2018 di Bali.
FKKI terdiri dari sejumlah organisasi lingkungan lokal dan internasional terkemuka yang bertujuan memberikan dampak konservasi di Indonesia dalam skala besar.
Kawasan Konservasi Perairan merupakan sebuah landasan “ekonomi biru”, salah satu tema yang dibahas dalam Our Ocean Conference tentang investasi dalam Kawasan Konservasi Perairan. “Kami membutuhkan pendekatan holistik untuk mengelola sumber daya laut kami,” tambah Ketut Putra.
Ia mengatakan pendekatan ekonomi biru menyediakan seperangkat prinsip yang dapat memandu pemerintah untuk memperoleh manfaat dari laut tanpa merusaknya. Fokus dari Our Ocean Conference adalah menghasilkan komitmen dan mengambil tindakan nyata untuk melindungi lautan, komitmen anggaran sekitar US$ 18 miliar dolar dan perlindungan total 12,4 juta km2 kawasan konservasi perairan yang telah ada sejak 2014.
“Kami berkomitmen untuk memperkuat kerja sama dengan lembaga pemerintah di tingkat nasional dan sub-nasional, bersama dengan masyarakat dan sektor swasta untuk memenuhi komitmen ini untuk kawasan lindung. Mereka perlu menjadi tulang punggung perikanan yang berkelanjutan dan industri berbasis kelautan,” kata Rizal Malik, CEO WWF-Indonesia (salah satu LSM yang tergabung dalam FKKI).
Ia menambahkan bidang-bidang seperti akuakultur, energi terbarukan lepas pantai, bioteknologi biru dan pariwisata yang bertanggung jawab memiliki peluang besar untuk mendorong “pertumbuhan biru.” Serta mempromosikan pembangunan inklusif dengan menciptakan peluang kerja baru dan saat yang sama memastikan sumber daya laut digunakan dan dikelola secara berkelanjutan.
Di sesi lain, Riki Frindos, Direktur Eksekutif Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI), menyoroti perlunya kemitraan yang lebih kuat antara LSM, sektor swasta dan pemerintah untuk mendukung pengelolaan kawasan lindung dengan menciptakan peluang untuk pembiayaan berkelanjutan, terutama melalui pengelolaan kelautan keberlajutan dengan menciptakan langkah-langkah kolaborasi seperti keuangan berkelanjutan.
Secara global, lebih dari 25 juta km2 kawasan laut telah dilindungi, mewakili setidaknya 15.600 titik, atau hampir tujuh persen dari luas lautan bumi.
Dengan komitmen baru-baru ini yang dibuat oleh pemerintah di seluruh dunia, dunia berada di jalur untuk melindungi lebih dari 10 persen lautan pada tahun 2020. Upaya ini dianggap penting untuk melindungi lautan dan wilayah pesisir dari dampak perubahan iklim dan penangkapan ikan berlebihan.
Our Ocean Conference 2018 bertujuan meningkatkan kemitraan antara berbagai pemangku kepentingan laut, dan menghasilkan komitmen untuk menjaga keberlanjutan lautan. Konferensi tahun ini berfokus pada kawasan konservasi perairan, perikanan berkelanjutan, pencemaran laut dan dampak perubahan iklim terhadap lautan, serta tema lintas sektoral seperti ekonomi biru berkelanjutan dan ketahanan maritim. (Gugik Savindra/balipost)