GIANYAR, BALIPOST.com – Seniman Arja Keramas, I Ketut Dibia, asal Banjar Anggarkasih, Desa Medahan, Blahbatuh, berpulang. Nafas terakhir dihembuskan pukul 03.00 wita, Selasa (30/10), di RS Sanjiwani.
Anak almarhum, I Wayan Bhuana mengatakan, ayahnya sebelum meninggal dunia sempat menderita sakit. Hampir 1,5 tahun mengalami sakit stroke. Almarhum sempat berobat, rawat inap di RS Sanglah, dan terakhir di RS Sanjiwani.
Pemeran Cupak dan penasar (kunta) buduh dalam seni tari Arja ini meninggal dalam usia 70 tahun. Ketut Dibia meninggalkan seorang istri, dua anak dan empat cucu. Rencananya, almarhum akan diaben di setra Desa Adat Medahan pada 2 November 2018.
Selama menjadi seniman Arja, almarhum bersama rombongannya pernah menjadi duta kesenian Bali dan Indonesia. Bahkan, menari di lima negara, seperti Prancis, Swiss, Jerman, Italia, dan negara lainnya di Eropa. “Pemeran penasar/kunta buduh dilakoninya sejak tahun 1976. Almarhum belajar menari di Puri Anyar Keramas,” kenang rekannya, Putu Berata yang juga seniman Arja.
Selain tari Arja, almarhum juga dikenal sebagai seniman topeng. Begitu besar dedikasinya dalam bidang pelestarian dan pengembangan seni tari Arya, almarhum oleh pemerintah Kabupaten Gianyar diberikan penghargaan Wija Kusuma, sekitar tahun 2001.
Selain seniman, almarhum juga seorang tokoh di desanya. Semasa hidupnya, beliau pernah menjabat sebagai kelian adat di Banjar Anggarkasih, Pekaseh, dan Bendesa Adat Desa Pakraman Medahan. (Agung Dharmada/balipost)