BANGLI, BALIPOST.com – Berbagai persiapan terus dilaksanakan jelang Karya Agung Danu Kertih, Tawur Agung Labuh Gentuh, Meras Danu lan Gunung akan digelar Rabu (7/10). Rabu (3/10), ratusan Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemkab Bangli ngayah mereresik (bersih-bersih) di areal Pura Jati, Desa Pakraman Batur, Kintamani.
Kegiatan ngayah bersama ini dilaksanakan sebagai salah satu wujud bhakti para ASN kehadapan Ida Bhatara yang berstana di Pura Jati. Dengan pelaksanaan ngayah ini tentunya kondisi kebersihan dapat terus terjaga sehingga akan timbul keindahan dan keasrian yang akan melahirkan ketenangan untuk ngaturang Bhakti kepada-Nya.“Hari ini ASN dilingkungan Pemkab Bangli ngaturan ayah bhakti mereresik di Pura Jati Batur. Ada yang bawa sabit, ada yang bawa sapu, semuanya kompak melaksanakan pembersihan diareal Pura Jati, untuk mensukseskan pelaksanaan Karya Agung Danu Kertih,” kata Kabag Protokol Setda Bangli Cok Bagus Gde Gaya Dirga.
Sementara itu Jero Gde Batur Alitan menjelaskan Karya Danu Kertih dilaksanakan dengan tujuan untuk memohon kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa, dalam manifestasi-Nya sebagai Dewa Wisnu atau Dewi Danu, agar sumber-sumber air di Bali, khususnya di Danau Batur tetap terjaga. Selain itu Karya Agung Danu Ketih dilaksanakan untuk memohon kesuburan bagi masyarakat Bali. “Melalui Karya Agung Danu Kertih kita juga memohon kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa, agar masyarakat Bali diberikan tuntunan, sehingga diharapkan muncul pemikiran-pemikiran yang positif,”kata Jero Gede Batur.
Dikatakan lebih lanjut bahwa Karya Agung Danu Kertih wajib dilaksanakan setiap lima tahun sekali. Ini termuat dalam Lontar Kusuma Desa, Usana Bali dan Babad Batur Kelawasan yang tersimpan di Pura Ulun Danu Batur. Jika karya ini tidak dilaksanakan tepat waktu, disebutkan Bali akan mengalami musibah, baik gempa bumi, serangan hama pada lahan pertanian maupun percecokan dalam rumah tangga maupun pasemetonan.
Tahun 1955, debit air Danau Batur dikatakan Jero Gede Batur pernah mengalami fenomena penurunan yang signifikan. Bahkan penurunanya mencapai tujuh meter. “Ini dikarenakan Karya Danu Ketih tidak dilaksanakan. Saya masih ingat betul kejadian tahun 1955. Waktu itu Karya Danu Ketih memang lama tidak dilaksanakan,” terangnya.
Pelaksanaan Karya Danu Ketih, tambah Jero Gede Batur, bukan saja menjadi tanggung jawab masyarakat Batur. Melainkan seluruh masyarakat Bali, umat Hindu sedharma dan subak se-Bali. Untuk itu, pihaknya menghimbau kepada seluruh desa pakraman untuk ngaturang pejati baik melalui pura Khayangan Desa, maupun pemrajan dimasing-masing rumah saat puncak karya berlangsung. Tujuan untuk mendoakan jagat Bali agar selalu aman dan dijauhkan dari semua bentuk bencana. (dayu rina/balipost)