Hingga memasuki hari terakhir bulan Oktober, saya merasakan gaung perayaan Sumpah Pemuda tak begitu kencang. Semangatnya juga belum terasakan.  Dulu, ketika saya SMP, setiap Sumpah Pemuda ada saja kegiatan yang berkesan.

Mulai dari penggunaan pakaian adat daerah masing-masing saat upacara. Itu bentuk-bentuk nasionalisme yang saya lihat. Bahkan, setiap bulan Oktober ketika saya masih SMA, kegiatan bulan bahasa sangat terasakan. Ada banyak kegiatan di sekolah. Kesannya sekolah santai, namun ada banyak hal yang bisa membuat kita sebagai generasi muda punya kenangan.

Baca juga:  Problema Kependudukan di Bali

Mudah-mudahan ke depan, kegiatan Sumpah Pemuda lebih dimaknai. Ketika kita berharap dari generasi milenial untuk mengisi kemerdekaan bangsa ini. Memberikan generasi muda ruang dan kesempatan berorganisasi tentu hal yang positif dilakukan. Mudah-mudahan kita ke depan membangun spirit kebangsaan secara ikhlas, bukan karena paksaan politik atau karena kepentingan politik.

Elite bangsa ini mudah-mudahan bisa membangun kedamaian bangsa ini. Jangan lagi meributkan hal-hal yang tak jelas dan hanya menyita energi kita. Mari maknai Sumpah Pemuda sebagai bentuk penguataan nilai kebangsaan. Hindari konflik politik yang hanya berorientasi pada kepentingan berkuasa. Salam Sumpah Pemuda, semoga Indonesia makin jaya.

Baca juga:  Penggunaan Bahasa Bali

I Ketut Putra Sudarma

Denpasar, Bali

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *