DENPASAR, BALIPOST.com – Bapak ergonomi dunia, Prof. IB Adnyana Manuaba telah berpulang Minggu (4/11) pukul 02.00 Wita. Almarhum meninggal di RS Prima Medika di usia 83 tahun. Almarhum berpulang karena komplikasi penyakit yang diderita yaitu kanker prostat dan diabetes.
Demikian penuturan anak pertama almarhum IA Sri Astuty Rianawaty ditemui di rumah duka di Jalan Serma Gede, Denpasar. Ayahnya sudah sejak tahun 2010 sakit dan sempat melakukan operasi kanker prostat. Hasilnya cukup baik pada waktu itu. Hingga di tahun ke-8, tepatnya pada 16 Oktober Hb almarhum tiba – tiba turun. Kemudian dibawa ke rumah sakit. Dalam perjalanannya, kaki almarhum juga sempat mengalami luka, namun cepat dibersihkan.
Selama hidup, almarhum banyak memberikan pendidikan moral padanya. Nilai – nilai yang masih tertanam padanya adalah disiplin, kesederhanaan, kerja keras. Anak –anaknya dididik untuk tidak mendompleng nama besarnya untuk mendapatkan kemudahan. Anak-anaknya diajarkan mandiri, meraih segala sesuatunya dengan kerja keras sendiri.
Prof. Adnyana Manuaba merupakan dosen pertama di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (FK Unud) tahun 1962, saat FK Unud pertama berdiri. Di tahun 1964, almarhum menjadi Ketua Musyawarah antar sarjana di Bali dan di luar Bali. Bersama para sarjana, ia membahas ide – ide pembangunan Bali, sehingga sosok yang visioner melekat pada dirinya.
Saat Bali Post bernama Suluh Marhaen, almarhum rutin menulis untuk rubrik Balai Banjar. Meski menjalani pendidikan di Belanda, almarhum tetap menulis.
Almarhum juga sempat menjabat sebagai Kepala Bagian Faal FK Unud. Asistennya salah satunya adalah Prof. Alex Pangkahila. “Semua mahasiswa dan asistennya jadi ‘orang’. Beliau menginspirasi dan memotivasi membuat setiap orang berprestasi,” kata menantu almarhum Rudynald Baihaqi.
Kata Rudy, almarhum sangat aktif. Meski di kursi roda, almarhum masih aktif mengjar, menguji tesis, dan membina Bina Vokalia Bali, kelompok musik yang dirintis istrinya dan almarhum sebagai penasehatnya.
Almarhum dikenal sebagai Bapak Ergonomi Dunia. Temannya banyak dari berbeda negara. Ia banyak diundang sebagai pembicara, dosen berbicara tentang ergonomi.
“Tokoh ergonomi selevel beliau, hanya beliau, yang lain, anak didiknya,” ungkap Rudy. Tidak hanya di bidang kedokteran, almarhum juga merintis ilmu pariwisata. Di saat publik belum menyadari pariwisata adalah bidang ilmu, di situlah almarhum merintis ilmu pariwisata.
Ketua IAKMI Bali Made Kerta Duana mengatakan, almarhum merupakan dosen pengajarnya di program Doktor. Meski berada di kursi roda, almarhum tetap aktif mengajar dan membagi ilmunya. Loyalitasnya untuk ilmu pengetahuan tidak perlu diragukan lagi.
Almarhum bisa dikatakan tokoh ergonomi dunia di bidang kesehatan. “Itulah kekhasannya, melihat ilmu ergonomi dari sisi kesehatan,” imbuhnya. Ilmu Ergonomi termasuk ilmu yang langka, bahkan di tingkat internasional juga langka. Almarhum mengembangkan keilmuan ergonomi menjadi suatu ilmu yang sampai masyur di Asia Tenggara. Sehingga almarhum disebut Bapak Ergonomi Dunia. Ergonomi bidang kesehatan ini kemudian menjadi referensi dari ergonomi lain seperti ergonomi industri karena almarhum juga mempelajari ergonomi faal (fisiologi kerja).
Almarhum meninggalkan seorang istri Mariana Dorotea Amelia Manuaba dengan 5 anak, 2 anak laki – laki dan 3 anak perempuan dan cucu. Rencananya Senin (5/11), almarhum dibawa ke rumah duka di Gria Simpangan, Blahkiuh, Badung.(citta maya/balipost)