Tanaman jeruk yang dilanda kekeringan di Kintamani. (BP/ist)

BANGLI, BALIPOST.com – Musim kemarau sejak beberapa bulan terakhir mengakibatkan hektaran lahan perkebunan di wilayah Kintamani mengalami kekeringan. Dampaknya, tanaman holtikultura milik petani, seperti jeruk dan tomat yang kini tengah berbuah kondisinya layu dan terancam mati.

Seperti yang terjadi di Desa Sukawana. Salah seorang petani setempat, I Wayan Armada mengngkapkan, dampak kemarau tahun ini telah mengakibatkan tanaman jeruknya layu. Dirinya tidak bisa melakukan penyiraman maksimal, lantaran membutuhkan air yang banyak. Melihat kondisi tanamannya saat ini, dirinya pun mengaku hanya bisa pasrah. Dirinya kini hanya bisa melakukan penyemprotan dengan obat-obatan sambil menunggu hujan.

Baca juga:  Lalat Ancam Pariwisata Kintamani

Menurut Armada, jika dalam sebulan ini hujan tak juga turun, dipastikan tanaman jeruknya akan mati. Sebaliknya, jika hujan turun dalam waktu dekat, maka tanaman jeruknya yang sudah layu akan bisa selamat. “Kalau tak juga turun hujan, ya petani tentu akan menderita kerugian yang tidak sedikit. Sekarang kita hanya bisa pasrah menunggu hujan,” ujarnya, Minggu (4/11) kemarin.

Keringnya lahan perkebunan warga akibat dampak kemarau juga diakui Perbekel Desa Sukawana, Ketut Nonog. Dia mengatakan kemarau yang melanda wilayah desanya sejak empat bulan terakhir telah mengakibatkan banyak tanaman milik petani layu dan mati. Terbatasnya air membuat petani tidak bisa menyiram semua lahan perkebunannya setiap hari. “Sumber air ada. Tapi tidak cukup kalau dimanfaatkan semua warga untuk menyiram lahan perkebunan,” ujarnya.

Baca juga:  Tak Hanya Lokasi Selfie, Wanagiri Juga Punya Ini

Nonog mengatakan dengan kondisi kekeringan saat ini, sejumlah petani di desanya kini hanya bisa pasrah. Warga berharap kemarau panjang ini segera berakhir dan segera berganti dengan musim hujan. “Harapan biar cepat hujan. Sekarang cuaca teduh-teduh seperti ini, kemungkinan akan cepat hujan,” kata Nonog.

Sementara itu, tak hanya di Sukawana, kekeringan akibat dampak kemarau juga melanda lahan perkebunan warga di Desa Pinggan. Salah seorang petani setempat I Made Darmawan menngatakan, kemarau kali ini telah mengakibatkan banyak tanaman jeruk dan tanaman sayuran lainnya seperti tomat , terung dan cabai menjadi layu. Dirinya mengaku tidak mampu membeli air setiap hari untuk menyiram tanaman, mengingat lahan yang dimiliki cukup luas dan kondisi cuaca yang panas. (dayu rina/balipost)

Baca juga:  Selama di Pengungsian, Anak-anak Terhibur dan Tak Merasa Bosan

 

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *