SINGARAJA, BALIPOST.com – Akses pasar untuk sejumlah komoditas pertanian di Buleleng makin luas. Salah satunya adalah buah naga yang mulai dibudidayakan petani di Buleleng.
Buah ini berpotensi diekspor ke Tiongkok, Bahkan, tim General Administration of Customs People’s Republic of China (GACC) beberapa waktu lalu sudah melakukan kunjungan dan pengambilan sampel buah naga Buleleng milik Wayan Kantra di Desa Bulian, Kecamatan Kubutambahan.
Kunjungan lapangan (on site visit) ini dilakukan ke kebun buah naga seluas 14 hektare. Dalam kunjungan lapangan tersebut, tim GACC datang bersama Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian (Kementan), Balai Karantina Pertanian Provinsi Bali, dan Dinas Pertanian Buleleng.
Tim GACC melakukan analisis dengan mengambil sampel buah dan tanaman yang terindikasi diserang hama. Nantinya, data lapangan ini diuji secara laboratorium. Sebelum pengujian itu, anggota tim GACC juga mencicipi langsung rasa buah naga hasil budidaya petani di Bali Utara.
Petani buah naga Wayan Kantra menceritakan, selama ini buah naga yang dihasilkan diekspor ke Jerman. Buah yang dieskpor itu adalah yang telah diolah.
Sedangkan, buah segarnya diekspor ke Hongkong. Saat memasasrkan ke luar negeri, Kantra dihadapkan pada tingginya biaya operasional. Karena terganjal biaya itu, pemasaran ke sejumlah negara tersebut terpaksa dihentikan.
Meski pernah mengalami masa sulit, sekarang dia mengaku tertarik dengan penawaran ekspor buah naga ke Tiongkok. Kalau sudah tercapai kesepakatan, dia siap mengeskpor buah naga sesuai dengan pesanan.
Selama ini, dari luas 14 hektare, ia mampu menghasilkan buah naga siap konsumsi antara 600 sampai 700 ton setiap tahun. “Nantinya kalau ada kesepakatan kami komitmen akan menyiapkan produksi yang diperlukan di pasar ekspor,” ungkapnya.
Kepala Seksi (Kasi) Karantina Tumbuhan Badan Karantina Pertanian Kementan, Irsan Nuhanto mengatakan, Buleleng memiliki peluang besar dalam mengekspor buah naga. Hal ini tidak lepas karena kualitas buah naga Buleleng unggul dibandingkan produksi dari negara lain di dunia.
Ia mencontohkan, dari segi ukuran, buah naga hasil budi daya petani di Den Bukit jauh lebih besar dibandingkan produksi buah yang sama dari negara lain. Selain itu, rasa buahnya juga lebih manis.
Setidaknya keunggulan ini menjadi poin penting dan dipastikan buah naga Buleleng unggul dalam pasar ekspor di luar negeri. Tak hanya itu, ketika dipasarkan ke luar negeri, buah naga dari daerah ini lebih tahan dan tidak cepat membusuk. “Cina mengimpor buah naga dari Thailand dan Vietnam. Buah naga kita memiliki kelebihan dari segi ukurannya dan rasa. Inilah keunggulan buah naga kita dan membuat permintaan tinggi,” katanya.
Kepala Dinas Pertanian (Distan) Buleleng Nyoman Genep mengatakan, pemerintah daerah menyambut baik niat Tiongkok. Bahkan, pemerintah mengembangkan pertanian organik. Produksi perkebunan organik diyakini akan memudahkan pemasaran ke luar negeri. “Kalau memenuhi syarat sesuai yang mereka inginkan kita akan kembangkan lagi. Apalagi, kondisi kita sangat cocok untuk mengembangkan komoditas buah naga,” jelasnya. (Mudiarta/balipost)