HONG KONG, BALIPOST.com – Tren cryptocurrency dan blockchain menjadi salah satu bahasan dalam masterclass yang digelar Digital Media Asia (DMA) 2018, Rabu (7/11) di The Mira Hong Kong. Industri cryptocurrency dan blockchain yang makin meningkat membuat jurnalis perlu hati-hati dalam memberitakannya.
Kondisi ini dikatakan Co Founder & Chief Forkast.News, Angie Lau. Ia menekankan jurnalis sangat membutuhkan pengetahuan terkait industri ini.
Sebab, jika salah dalam meliput industri ini, akan berimplikasi pada bisnis itu sendiri. “Blockchain merupakan hal yang baru di dunia jurnalisme untuk itu diperlukan pengetahuan yang cukup untuk menulis artikel terkait hal itu,” jelasnya.
Terkait kondisi itu, Head of Technology Redhill, Kent Babin menjelaskan sejumlah pengetahuan umum yang penting diketahui jurnalis ketika meliput tentang blockchain. Kent yang tinggal di Bali selama 3,5 tahun terakhir mengutarakan pengetahuan tentang blockchain ini akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam ketika meliput bisnis ini.
Managing Director of Europe and Asia, Coindesk, Joon Ian Wong menambahkan saat ini tren pemberitaan blockchain mengalami peningkatan. Sebab, komunitas terkait mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir sehingga pemberitaan terkait ini cukup dicari.
Selain ketiga pembicara ini, Masterclass yang digelar WAN-Ifra (Organisasi Surat Kabar Dunia) juga menghadirkan sejumlah pembicara. Antara lain Business Design and Innovation, FBE, HKU, Joseph Chan, Co-Founder and Managing Partner Kenetic, Jehan Chu, and Managing Editor TheSignal.asia, Teymoor Nabili.
Hadir juga pembicara dari pelaku bisnis blockchain, seperti Zilliqa dan BOLT. Juga ada pelaku investasi cryptocurrency, seperti Binance Labs, Taureon Capital, dan ZPX. (Diah Dewi/balipost)