NEGARA, BALIPOST.com – Selain populasi di alam liar bertambah, penyebaran burung Curik Bali di Bali Barat juga meluas. Bahkan burung yang dilindungi ini sering terlihat terbang di Pelabuhan dan permukiman penduduk di Gilimanuk. Hal tersebut membuktikan konservasi burung bernama latin Leucopsar Rohtscildi di habitat aslinya Bali Barat sudah mulai membuahkan hasil.
Kepala Balai Taman Nasional Bali Barat (TNBB), Agus Ngurah Krisna Kepakisan, Jumat (9/11) mengatakan populasi Curik Bali di alam liar tahun ini mencapai 141 ekor. Jangkauan penyebaran burung juga cukup luas, bahkan hingga ke permukiman penduduk di Gilimanuk.
“Dari pengamatan kami, sampai di Pantai Karangsewu hingga di Pelabuhan Gilimanuk. Artinya mereka sudah terbiasa tidak hanya di kawasan hutan saja,” tandas pejabat asal Buleleng ini. Hal ini menurutnya tidak lain karena juga kesadaran masyarakat penyanding TNBB untuk ikut menjaga satwa dilindungi ini di alam liar.
Termasuk di Pantai Karangsewu yang saat ini ditata menjadi obyek wisata, TNBB bersama masyarakat sekitar, Forum Kerukunan Umat Bergama (FKUB), siswa-siswi berupaya menjadikan kawasan ini menjadi habitat Curik Bali. Salah satunya dengan penanaman pohon yang dilakukan di sekitar pantai tersebut.
Di Karangsewu yang berdampingan dengan permukiman masyarakat terdapat savanna dan hutan pantai. Sehingga TNBB bersama masyarakat melakukan penanaman tanaman yang sesuai dengan jenis hutan tersebut. “Partisipasi masyarakat penyanding sangat penting. Karena itulah kami ikutkan dalam penanaman ini momen menjelang hari Pahlawan. Kalau dulu kita melawan penjajah, sekarang kita melawan kerusakan lingkungan,” ujarnya.
Sebelumnya juga dilakukan sosialisasi kepada warga penyanding TNNBB, salah satunya di Pondok Pesantren Al-Masyhur, Klatakan, Kecamatan Melaya. Sosialisasi yang diberikan Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I Jembrana TNBB, Ali Purwanto terkait dengan pengelolaan lingkungan. Selain siswa-siswi Ponpes Al Mansyur, penanaman juga melibatkan pokdarwis, desa Pakraman Gilimanuk serta siswa-siswi Al-Mubarok Gilimanuk.
Bendesa Gilimanuk, Ketut Galung mengungkapkan selaku masyarakat penyanding, desa pakraman Gilimanuk mendukung upaya dalam pelestarian fauna serta menjaga lingkungan di Pantai Karangsewu ini. “Selain hubungan dengan manusia, kita juga harus menjaga keseimbangan hubungan dengan alam,” ujarnya.
Sementara itu Ahmad Sodikin, pembina Ponpes Al-Masyur yang juga ikut melakukan penanaman bersama mengatakan selaku penyanding siswa-siswi ponpes sejak dini ditanamkan untuk ikut menjaga lingkungan termasuk di sekitar TNBB. Salah satunya dengan penanaman dan menjaga flora dan fauna yang ada di dalamnya. Dari data terakhir, 2018 ini populasi Curik Bali di alam liar sekitar TNBB sudah 141 ekor. Hampir mendekati jumlah populasi 1981 lalu yakni 154 ekor. Jumlah itu akan terus bertambah apabila kembali dilakukan pelepasliaran.
Di kandang pembiakan Unit Pengelolaan Khusus Pembinaan Jalak Bali (UPKPJB) terdapat 331 ekor. Hampir tiga dasawarsa sejak 1980-an, Curik Bali di alam liarnya Bali Barat jumlahnya selalu kecil. Bahkan hanya bisa ditemui di dalam kawasan hutan TNBB. Curik Bali merupakan spesies burung endemik yang hidup di ujung Barat Pulau Bali. (surya dharma/balipost)