BANGLI, BALIPOST.com – Keberadaan angkutan umum bus Damri di Kabupaten Bangli yang dioperasikan Pemerintah sejak 2017, cukup diminati masyarakat. Terkait hal itu, Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Bangli pun telah mengusulkan adanya penambahan trayek bus Damri, dari dua trayek yang sudah ada saat ini.
Kepala Dishub Kabupaten Bangli, Gede Arta, Kamis (15/11), mengatakan, sejak resmi beroperasi, respon masyarakat dengan hadirnya Bus Damri ini cukup positif. Angkutan bus Damri yang pengelolaannya dilakukan langsung oleh Pemerintah Pusat bekerjasama dengan PT Damri selaku pihak ketiga, diakuinya banyak diminati masyarakat. “Saya lihat perkembangannya bagus. Peminatnya semakin meningkat,” ujarnya.
Dijelaskan Gede Arta, selama ini bus Damri yang dioperasikan dengan tujuan untuk meringankan beban masyarakat dan menekan angka kecelakaan lalu lintas ini melayani dua trayek yakni Kota Bangli-Songan dan Kota Bangli-Tejakula, Buleleng. Dua trayek tersebut merupakan jalur-jalur yang selama ini tidak terlayani angkutan umum.
Untuk trayek Kota Bangli-Songan, ada empat unit bus yang dioperasikan. Sementara trayek Kota Bangli-Tejakula, dua unit bus.
Dalam sehari, Bus Damri dioperasikan melayani penumpang hingga dua kali untuk masing-masing rute, dengan jadwal yang sudah ditentukan yakni pukul 07.00 wita, 09.00 wita, 12.00 wita dan 14.00 wita. Tarif yang dikenakan terhadap penumpang relative murah yakni hanya Rp 5 ribu untuk rute Kota Bangli-Songan. “Bus Damri yang ke jurusan Bangli -Songan banyak dimanfaatkan masyarakat. Banyak anak-anak sekolah dari Kedisan, Toya Bungkah, Songan yang masuk (sekolah) ke Kayubihi pakai bus Damri,” ungkapnya.
Karena cukup banyak diminati masyarakat, pihaknya pun telah mengusulkan ke Pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Perhubungan agar dilakukan penambahan trayek. Sesuai usulan yang telah disampaikannya belum lama ini, jalur yang diusulkan bisa terlayani bus Damri yakni Kota Bangli-Desa Catur, Kintamani.
Alasannya karena jalur itu selama ini belum terlayani angkutan umum. Disamping itu, alasan lainnya mengingat Desa Catur kini sudah menyandang status sebagai desa wisata.
Diharapkan usulan tersebut bisa direalisasikan mulai tahun depan. “Sasaran bus perintis ini adalah jalur-jalur yang sama sekali belum terlayani angkutan umum. Kalau nantinya sudah ada angkutan umum yang mampu melayani trayek itu, kita tidak akan lagi ke sana. Jadi ini sifatnya adalah memancing pengusaha-pengusaha angkutan umum untuk membuat trayek di lokasi itu dengan harga terjangkau dan armada memadai,” kata pejabat asal Desa Songan itu. (Dayu Swasrina/balipost)