MANGUPURA, BALIPOST.com – Subsektor kuliner menjadi penyumbang PDB terbesar dari sektor ekonomi kreatif. Bahkan, potensinya untuk ditingkatkan masih sangat besar karena masyarakat Indonesia gemar makan. Demikian dikemukakan Direktur Pemasaran Dalam Negeri Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Sappe M. P. Sirait, STP, Msi sebelum membuka Pameran Kreatifood 2018 yang digelar di Kuta.

Menurutnya potensi subsektor kuliner yang masih sangat besar ini dicoba untuk ditingkatkan melalui upaya menjadikan foodstartup Indonesia lebih dikenal pasar dan bisa mengekspor produknya. Ia mengatakan sejak 2016, Berkraf sudah memberikan pendampingan bagi foodstartup melalui Foodstartup Indonesia. “Total sudah ada 238 foodstartup yang dikurasi lewat Foodstartup Indonesia. Para pelaku bisnis kuliner ini diperkenalkan dengan mentor-mentor yang bisa membuat produknya berkembang dan investor,” paparnya.

Baca juga:  Biaya Produksi Tinggi

Guna memperkenalkan foodstartup dan mencari lebih banyak distributor dan reseller, jelasnya, Bekraf menggelar Kreatifood. Untuk tahun ini digelar di 10 kota dan Bali merupakan lokasi terakhir dari pameran yang berlangsung selama tiga hari hingga Minggu (18/11) itu. “Jangan ragu menjadi reseller maupun distributor dari produk-produk ini sebab mereka sudah terkurasi dan mendapatkan pelatihan serta bimbingan lewat pendampingan Bekraf,” ujarnya.

Selama penyelenggaraan di 9 kota, total sudah terjadi transaksi ritel sebanyak Rp 800 juta. Nilai transaksi terbesar dibukukan di 3 kota, yakni Surabaya, Yogyakarta, dan Jakarta. Terjadi juga pemesanan dan prospek ekspor ke sejumlah negara, seperti yang dialami Haveltea. Produsen teh dalam kantong ini bahkan sudah berhasil mengekspor 100 ribu kantong teh.

Baca juga:  Puluhan Stand Industri dan Kuliner Ramaikan Pameran IKM Jembrana
Suasana Kreatifood 2018 yang digelar di Kuta. (BP/iah)

Salah satu peserta Kreatifood 2018 di Bali, Pemilik Brand Bronchips, Mega Siswindarto mengungkapkan animo masyarakat membeli produksinya dan menjadi reseller cukup baik. Makassar merupakan kota yang paling tinggi penjualannya. Sementara Bandung yang dikenal sebagai kota wisata dan kuliner, lebih banyak yang berminat menjadi reseller.

Dalam kesempatan itu, Putu Supadma Rudana yang merupakan anggota Komisi X yang membidangi ekonomi kreatif menganggap pameran ini sangat baik. Ia berharap Bekraf bisa mengembangkan Kreatifood ini hingga ke desa-desa sehingga produksi kuliner warga perdesaan bisa dibantu packaging, marketing, hingga promosinya. “Kalau bisa pameran seperti ini bisa ke desa-desa sehingga produk pertanian seperti beras organik bisa dibantu packagingny, marketingnya, bahkan promosinya,” sebutnya. (Diah Dewi/balipost)

Baca juga:  Diskop Badung, Gelar Sosialisasi dan Fasilitasi Kemudahan Perizinan Berusaha UMKM
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *