TABANAN, BALIPOST.com – Jika mendengar nama kabupaten Tabanan, hal yang terlintas adalah daerah tujuan wisatanya yang sudah mendunia yaitu DTW Tanah Lot, DTW Ulundanu Beratan dan DTW Jatiluwih. Pada kenyataannya, Tabanan masih banyak memiliki titik wisata yang belum terasah namun sangat potensial. Salah satu permata hijau yang belum terasah adalah Desa Belimbing.
Desa ini memiliki pemandangan sawah yang tidak kalah dengan DTW Jatiluwih. Tidak hanya itu, Desa Belimbing juga memiliki dua air terjun yang indah serta ciri khas produk pertanian dalam hal ini pohon Aren yang menjadi bahan baku gula Aren.
Desa Belimbing baik warga maupun perangkat desa dinas dan adat sebenarnya menyadari potensi ini. Sehingga sejak 2009, desa ini sudah mulai merintis hendak menjadi desa wisata. Namun untuk bisa menjadi desa wisata tidak semudah membalikkan telapak tangan. Pihak perangkat desa bersama-sama warga bahu membahu menyiapkan fasilitas, mempromosikan sampai menyiapkan SDM untuk mengelola desa wisata ini ke depan.
Perbekel Belimbing, I Made Adi Suyana, Rabu (22/11) mengatakan, untuk bisa mengelola Desa Wisata, Desa Belimbing telah membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) sejak tahun 2013. ‘’Sudah menjalani pelatihan bahkan sempat menjadi juara harapan I pada lomba tingkat Propinsi tahun 2015 lalu,’’ ujarnya.
Desa Belimbing kata Adi Suyana memiliki 360 hektar sawah dengan enam subak basah. Dinamai desa Belimbing jelasnya, karena geografis desa Belimbing seperti buah belimbing. Beberapa sisi dipotong oleh sungai dan kondisi lahannya miring sehingga untuk bisa bercocok tanam, lahan harus dibentuk terasering. Inilah yang menjadi keunikan desa ini.
Tidak hanya itu, Desa Belimbing juga memiliki Pura Luhur Mekori yang dikelilingi oleh hutan tropis seluas 18 hektar bersama populasi keranya. Daya tarik lainnya adalah air terjun. Saat ini baru dua air terjun yang bisa ditawarkan sebagai daya tarik wisata yaitu Selingsing Benben dan Selingsing Sade. ‘’Sebenarnya ada empat air terjun. Tetapi baru dua yang layak untuk ditawarkan sebagai daya tarik wisata. Dua lagi belum ada akses masuk yang representatif,’’ jelas Adi Suyana.
Meski sudah berjalan sejak tahun 2009, kata Adi Suyana, desa Wisata Belimbing masih dalam tahap promosi. Belum ada pemasukan yang berarti untuk PAD Desa karena belum adanya aturan perdes mengenai retribusi
untuk objek wisata di desa ini.
Menurut Adi, pihaknya sedang menunggu kebijakan program Nikosake sehingga nantinya perdes yang dikeluarkan tidak berbenturan. ‘’Desa Belimbing termasuk dalam kawasan Nikosake. Jadi kami menunggu program ini jalan sepenuhnya dimana setiap kawasan
Nikosake harus saling mendukung,’’ ujarnya.
Meski masih dalam tahap promosi, tetapi pemasukan sudah dirasakan bagi warga baik subak maupun masyarakat lokal yang memberikan jasa guide tour dan homestay serta yang membuka usaha rumah makan. Meski belum banyak, tetapi beberapa wisatawan baik asing dan lokal sudah mulai sengaja datang ke Desa Belimbing dan tidak hanya sekedar mampir untuk melepas penat.
“Dulu kebanyakan hanya mampir. Jika mau ke lovina dari Tanah Lot atau sebaliknya mereka berhenti dulu di Desa Belimbing. Tetapi sekarang sudah ada yang sengaja datang untuk menikmati wisata di Desa Belimbing,” paparnya.
Menurut Adi, wisata yang saat ini bisa dinikmati di Desa Belimbing adalah tour di jalur tracking. Jalur ini tersedia jalur pendek, sedang dan panjang. Untuk bisa menikmati jalur ini, ada jasa guide lokal yang ditawarkan oleh penduduk setempat. ‘Harganya sesuai kesepakatan antara wisatawan dengan guidenya,’’ ujarnya.
Tidak hanya itu, ada juga yang langsung menyiapkan makanan bagi wisatawan yang
mengambil paket tracking. Potensi lain yang hendak digali kata Adi Suyana adalah paket pembuatan gula Aren. Jadi wisatawan bisa mengikuti proses pembuatan gula Aren
dari menyadap langsung dipohon sampai dengan membuat gula Aren. Untuk bisa mengikuti proses ini, wisatawan tentu harus menginap, dari sini juga akan dikembangkan homestay.
Adi Suyana berharap, dengan adanya program Nikosake ke depan, perkembangan desa Wisata di Belimbing akan semakin lebih baik dan didukung desa lainnya yang berada di dalam kawasan Nikosake sehingga nantinya daerah wisata tidak hanya dikenal di Tabanan Utara dan Selatan saja tetapi Tabanan Barat pun dikenal memiliki daerah wisata yang tidak kalah menariknya. (wira sanjiwani/balipost)