Oleh Dr. Jusuf Sunya, M.E.
Pada tahun 2018, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian telah meluncurkan road map (peta jalan) yang bernama “Making Indonesia 4.0”. Road map ini merupakan kebijakan srategis dan upaya implementatif pemerintah dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) anak bangsa dalam menghadapi tantangan globalisasi dan perkembangan dan penerapan industri 4.0. Penerapan industri 4.0 pastinya membawa konsekuensi terkait dengan kesiapan kita untuk berpacu agar tidak tertinggal dengan bangsa-bangsa lain.
Kini, sudah siapkah kita menghadapi era disrupsi teknologi ini agar tidak sekadar menjadi penonton dan pengikut dari revolusi industri, dan mampukah kita menjadi pionir atau menjadi korban dari inovasi digitalisasi teknologi yang berkembang pesat. Karena itu, sangatlah penting untuk melakukan penyesuaian dan rekonstruksi SDM terhadap berbagai akselerasi maupun perubahan, khususnya di bidang iptek serta revolusi industri dengan berbagai inovasinya.
Realitas ini harus dibangun dengan penyiapan SDM yang berkompeten, yang memiliki skill (keterampilan), knowledge (pengetahuan), dan attitude (sikap) agar dapat tampil sebagai transformer iptek yang tangguh. Tentunya ini menjadi sebuah warning, terkait dengan keseriusan kita dalam menyiapkan perangkat dan infrastuktur sumber daya manusia yang lebih inovatif.
Riset McKinsey Global Institute (2015), menyatakan revolusi industri 4.0 memberikan konsekuensi serta dampak beribu kali lebih dahsyat dari revolusi industri sebelumnya. Sekadar catatan, industri 1.0 (dimulai 1784) dimulai dengan penggunaan mesin uap dalam industri, kemudian industri 2.0 (dimulai 1870), mulai penggunaan produksi massal bertenaga listrik dan minyak, setelah itu pada awal tahun 1969 – kita memasuki sebuah era penggunaan teknologi informasi dan mesin automasi robotik sehingga kita lebih maju dalam penggunaan teknologi yang berbasis komputer.
Kini di indutri 4.0 ini, diversifikasi tekonologi begitu dahsyat dengan integrasinya jaringan (internet of things) sehingga semua serba-digital seperti yang kita nikmati sekarang. Perubahan dan akselerasi digitalisasi dunia Industri 4.0 yang berkembang tanpa batas, telah dikuti dengan kemajuan teknologi automasi dan digitalisasi data dalam bidang industri, sehingga ada ancaman bagi lapangan kerja manusia mulai tergantikan oleh teknologi digital automasi.
Hal ini memberikan konsekuensi akan hilangnya banyak lapangan kerja atau paling tidak, kesiapan lapangan kerja sempit dan terbatas. Pada era inilah, yang dibutuhkan hanyalah orang-orang yang berkompetensi dan berkualitas sehingga memiliki daya saing yang tangguh.
Lantas bagaimana kita mengoneksikan “Making Indonesia 4.0”, dengan janji pemerintah terkait dengan pembukaan sepuluh juta lapangan kerja baru, serta implementasi industri 4.0 terhadap bonus demografi ke depan? Tentu ini sebuah tantangan besar dalam menyikapi dan road map yang telah diluncurkan pemerintah.
Saatnya pemerintah tidak sekadar menjadi pemain utama dalan globalisasi, tetapi sudah harus melibatkan peran penuh sektor swasta yang benar-benar berkualifikasi dan berintegritas sehingga tata kelola SDM lebih memiliki “gereget” kompetitif. Pembangunan sektor swasta harus lebih dioptimalkan dengan kebutuhan dan tuntutan dunia.
Disadari bahwa sektor swasta lebih mendasarkan pada pilihan terhadap pasar. Karena itu, perlu disesuaikan dengan sebuah rancang bangun peta jalan tersebut atas tata kelola dan daya bangun SDM agar lebih kompetitif dan multikompleks sehingga bonus demografi kita jalani dapat menjadi anugerah bagi masa depan Indonesia ke depan.
Penguatan SDM harus berkualitas tinggi melalui pendidikan dan pelatihan dengan standar sertifikasi agar agenda besar ini dapat berjalan secara baik. Di samping itu, proses alih dan transfer teknologi perlu dipercepat. Kita perlu mendesain sebuah rancang bangun pelatihan yang berorietasi pada penguatan kompetensi dan peningkatan kapasitas melalui skiil, knowledge, dan attitude sebagai landasan pijaknya.
Tentunya ini perlu dipercepat karena jumlah tenaga muda potensial kita cukup tinggi. Saat ini, mereka tumbuh sebagai remaja dan dewasa muda perlu ditangani secara serius agar melahirkan sumber daya insani yang berkarakter unggul. Mereka adalah masa depan bangsa.
Ke depan, tantangan dan hambatan semakin sulit dan begitu kompetitif. Karena itu, peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas semakin dibutuhkan, sejalan dengan perubahan zaman. Semakin berkualitas sumber daya manusia, mereka lebih berdaya saing. Karena itu, beragam program pelatihan dihadirkan untuk meningkatkan keandalan seseorang termasuk, kecerdasan dan integritasnya.
Faktor kunci pendidikan dan pelatihan memegang peranan penting, terutama menyiapkan kompetensi SDM yang berkualifikasi dan bersertikasi. Faktor kunci ini menjadi fokus dalam penataan tata kelola sumber daya insani sehingga jelas pemanfaatannya. Sedari awal aspek perencanaan SDM perlu dibenahi, link and match antara sistem pendidikan dan dunia kerja, terutama menghadapi perkembangan teknologi digital. Karena ini akan memberi dampak pada penataan sistem yang mampu menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global.
Menghadapi tantangan atas fenomena disruption era digitalisasi teknologi memerlukan sumber daya yang inovatif serta out of the box. Jika ini tidak dilakukan maka kita akan terempas dan tergilas dari arus perubahan.
Kunci pengembangan SDM adalah dengan membangun sistem pelatihan kerja dan sertifikasi profesi secara terpadu mempercepat peningkatan kompetensi kerja. Melalui investasi SDM, dengan peningkatan kompetensi maka kemampuan atau skill menjadi faktor kunci dari sebuah pertarungan besar di abad digital ini. Semoga ke depan harapan ini lebih bisa diselaraskan dengan realitas dan kondisi kekinian anak bangsa.
Penulis, Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Ternate dan Peserta Diklatpim II BPSDM Bali