DENPASAR, BALIPOST.com – Bali merupakan showroom produk wirausaha nasional. Sebab, sebagai destinasi wisata dunia, Bali banyak dikunjungi wisatawan mancanegara yang berpotensi membeli produk-produk pelaku usaha Indonesia yang dipasarkan di Bali. Demikian dikemukakan Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM), Kementerian Perindustrian, Gati Wibawaningsih, Senin (26/11).
Menurut Gati, wisman tak hanya berlibur ke Bali. Mereka juga melakukan riset terkait sejumlah produk yang layak dipasarkan di negaranya. “Nah di Bali ini produknya tidak hanya dibuat oleh IKM Bali, tapi ada yang dari Banyuwangi, Jawa Tengah dan bahkan Jawa Barat, jadi dipromosikan disini (di Bali),” ungkapnya saat hadir dalam Penganugerahan Desainer Terbaik di Balli Creative Industry Center (BCIC).
Ia berharap melihat potensi ini, BCIC bisa menjadi trade center bagi wirausaha di Indonesia. Kemenperin saat ini, lanjutnya, memfasilitasi produk-produk IKM seluruh Indonesia untuk dipamerkan di BCIC. “Kalau mereka (turis, red) sudah lihat, orang asing kan pasarnya pasti ekspor, nah inilah salah satu kegiatan untuk mendukung gerakan ekspor nasional,” sebutnya.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali AA. Gede Yuniartha Putra mengatakan, Bali memiliki daya tarik tidak hanya wisata tapi jika berwirausaha. Jika BCIC Bali akan dijadikan trade center, untuk mendatangkan wisatawan ke tempat tersebut perlu koordinasi dengan Asita. “Tapi kita lihat dulu apa saja yang akan ditaruh di sini,” tandasnya.
Ia tak menampik jika Bali banyak didatangi produk dari provinsi lain. Seperti dari Lombok, Jogja, dan Solo. Semua produk itu berorientasi ekspor. “Kalau mereka naruh barang di sini, nanti pasti akan ekspor, cuma nanti kadang-kadang dibuat menjadi made in Bali,” jelasnya.
Untuk mendukung Gerakan Ekspor Nasional (GEN) diperlukan pelabuhan ekspor untuk efisiensi bagi pengusaha Bali. Sementara itu, Bali belum memiliki pelabuhan ekspor.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali I Putu Astawa berharap Bali memiliki pelabuhan ekspor. Karena menurut data BPS, 42 persen barang ekspor Bali melalui Surabaya, yang berarti ada devisa Bali akan hilang atau berkurang. “Diharakan Bali juga memiliki pelabuhan ekspor untuk barang-barang internasional,” ujarnya.
Sebelumnya pernah ada wacana untuk menyeimbangkan perekonomian di Bali utara dan selatan, akan dibangun pelabuhan ekspor di Celukan Bawang. Saat ini pun, kajian masih dilakukan.
Selama ini wirausaha Bali mengekspor produk melalui Surabaya sehinga cost yang dikeluarkan cukup tinggi. Ia berharap gubernur baru bisa mewujudkan pelabuhan ekspor ini.
Untuk ekspor, saat ini masih dilakukan di Pelabuhan Benoa. Namun Pelabuhan Benoa tidak hanya digunakan sebagai pelabuhan ekspor tapi juga pelabuhan cruise. Sehingga dikhawatirkan dalam jangka panjang akan krodit.
Ke depan diperlukan alternatif lain bagi wirausaha di Bali untuk bisa ekspor langsung ke luar negeri. “Cuma masalahnya dari Bali selatan ke Celukan Bawang itu perlu ada shortcut, supaya jarak tempuhnya tidak terlalu panjang,” tandasnya. (Citta Maya/balipost)