Perajin sedang membuat produk dari batok kelapa. (BP/gik)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Pemerintah pusat mendorong peningkatan ekspor melalui Gerakan Ekspor Nasional (GEN). Sebagai trade center di Bali, pelaku UKM di Bali, dituntut mampu bersaing dengan UKM dari daerah lain yang memanfaatkan Bali sebagai pasar utamanya.

Menurut Kepala Dinas UKM dan Perdagangan Klungkung, Wayan Ardiasa, Selasa (27/11), mengatakan ada tujuh UKM Klungkung yang memiliki produk kualitas ekspor. Antara lain, Akemi Bali, bergerak di sektor alat rumah tangga dari kayu. Kemudian, Dream Ball, pada unit souvenir, PT. Bening Big Tree Farms dalam unit usaha garam. CV Tripple Star Bali bergerak di sektor logam,

Yande Batok, pada bidang unit usaha souvenir dari batok kelapa. Ada pula UD. Kamasan Bali dengan usaha kerajinan uang kepeng. Kopi Bubuk Gapura dalam bidang produsen trader kopi dan PT Bamboo Indo Lestari yang bergerak di bidang produsen lantai berbahan bambu.

Baca juga:  Warga Pertanyakan Uang LPD yang Menjadi Sitaan Kasus Korupsi

Daerah tujuan ekspor sejumlah UKM ini cukup beragam, mulai dari negara Jepang, Belanda, Amerika Serikat, Inggris, Dubai dan sejumlah negara lainnya di Benua Eropa. Total nilai ekspornya, dikatakan terus meningkat sejak tahun 2014 hanya Rp 1,1 miliar, menjadi Rp 1,7 miliar pada tahun 2017.

Nilai ekspor sebesar itu, didominasi oleh UKM Akemi Bali, dimana UKM yang berlokasi di Banjar Dinas Beneng, Desa Getakan, Banjarangkan ini, pada tahun 2017, mampu mencatatkan nilai ekspor mencapai Rp 1,5 miliar, dengan tujuan ekspor ke negara Jepang.

Baca juga:  Pascapandemi COVID-19, Bali Tak Bergantung Lagi Pada Pariwisata Tapi Fokus Ini

Ardiasa menambahkan, produk lain seperti produk souvenir hasil dari bahan dasar pelepah pisang di Desa Satra, dulu dikatakan cukup digemari, hingga memiliki pasar ekspor ke Belanda hingga Belgia. Tetapi, belakangan produk ini kalah bersaing karena kalah kualitas, pasar dan proses pengemasannya.

Demikian juga sekarang untuk unit usaha kerajinan dari bahan dasar batok kelapa. Saat ini, di Klungkung perajinnya tinggal satu dan sekarang memilih fokus menggarap pasar lokal. “Kami ingin dorong lagi produk UKM yang lain, agar bisa menembus pasar ekspor,” katanya.

Guna mengatasi persoalan ini, pemerintah daerah terus berupaya untuk mendorong seluruh unit usaha ini bisa berkembang di pasar ekspor dalam menyongsong GEN ini. Salah satu upayanya adalah dengan memberikan berbagai bekal pelatihan, sesuai disiplin ilmu yang dibutuhkan. Fokusnya tentu pada peningkatan kualitas dan proses packing yang tepat, agar lebih menarik, produknya mampu bersaing dan mampu merebut pasar ekspor. Selain itu, segala bentuk regulasi juga dimudahkan, agar para pengusaha UKM ini merasa difasilitasi oleh pemerintah daerah.

Baca juga:  Ny. Putri Koster Promosikan Tenun hingga Arak Bali ke Tokyo

Salah satu pelaku UKM Gede Suryawan, Selasa (27/11), mengakui cukup sulit memasuki pasar ekspor. Belakangan ini dia mengaku lebih fokus dengan pasar lokal Bali, karena permintaan terhadap produknya tetap tinggi. “Sekarang pihak ketiga yang mengambil untuk pasar ekspor itu. Saya tetap fokus pada permintaan artshop langganan di sejumlah tempat di Bali,” kata Suryawan. (Bagiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *