DENPASAR, BALIPOST.com – Wisatawan Tiongkok memang masih mendominasi kunjungan wisatawan ke Bali. Namun dari segi jumlah, sejatinya bisa dikatakan sedikit mengingat, pasar Tiongkok sangat besar.

Di tahun 2025, warga Tiongkok yang akan berwisata ke luar negeri diprediksi 250 juta. Sementara saat ini yang datang ke Bali hanya 1,2 juta wisatawan saja. “Kalau ke Indonesia itu baru 1,6 sampai 1,7 juta, jadi baru 1 persennya. Ada masih 99 persen potensi market yang lebih bagus,” ungkap Ketua GIPI Bali, Ida Bagus Agung Partha Adnyana dalam keterangan pers di Kantor BTB, Jumat (30/11).

Padahal, lanjut Partha, wisatawan Tiongkok yang saat ini datang ke Bali tak sedikit merupakan kalangan menengah keatas. Terbukti dari tingkat hunian sejumlah hotel bintang 5, 60 persen marketnya adalah wisatawan Tiongkok. Bahkan, ada yang mencapai 80 persen dengan harga kamar antara Rp 3 sampai Rp 5 juta per malam.

Melihat potensi ini, pihaknya bersama Garuda Indonesia telah merencanakan misi penjualan (sales mission) ke Tiongkok pada 1-7 Desember 2018. Misi penjualan dipimpin langsung Wakil Gubernur Bali, Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati, serta melibatkan Dinas Pariwisata Provinsi Bali, GIPI Bali, Asita Bali, dan PATA.

Baca juga:  Selama IMF-WB Annual Meeting, Buka Tutup akan Diberlakukan di Sejumlah Rute Ini

Sales mission akan diadakan di Beijing dan Shanghai pada 3 dan 5 Desember. “Kita ingin menginformasikan bahwa Bali itu sangat beraneka ragam, banyak tur yang bagus selain hanya shopping. Rencana disitu akan diundang 70 potensial agent, wholesale yang membeli paket Garuda. Jadi yang beli tiket Garuda itu biasanya travel agent,” ujarnya.

Tidak hanya melakukan misi penjualan langsung ke Tiongkok, Partha mengaku juga membuat whitelist travel agent dan travel operator di Bali. Perusahaan yang masuk ke dalam whitelist hanyalah perusahaan bersertifikasi dan legal.

Untuk bisa mendapatkan lebih banyak market Tiongkok kelas menengah ke atas, ekosistem pariwisata Bali harus dibuat nyaman. “Kita juga harus kompak, masyarakatnya, pers, pengusaha, dan pemerintah jangan mau diadu domba,” tandasnya.

General Manager Garuda Indonesia untuk Bali, Joseph Adrian Saul mendukung sales mission yang dilakukan GIPI Bali bersama pemerintah. Penataan juga harus dilakukan agar wisatawan yang datang ke Bali bisa menikmati Bali dengan baik. “Sales mission ini bagaimana kita ingin meningkatkan turis datang lagi banyak ke Bali,” ujarnya.

Baca juga:  Bali Layak Jadi Hub Logistik Indonesia Timur, Ketua ALFI Ungkap Alasannya 

Kepala Dinas Pariwisata Bali, A.A. Gede Yuniartha Putra mengatakan, sales mission akan diisi pula dengan pembicaraan G to G antara Pemprov Bali dengan pemerintah Tiongkok. Salah satunya, menjelaskan secara detail tentang kasus toko-toko jaringan mafia Tiongkok di Bali.

Terlebih sekarang, Pemprov sedang melakukan perbaikan-perbaikan terkait pelayanan kepariwisataan. Khusus pasar Tiongkok, pihaknya baru mengetahui dari Konjen Tiongkok bahwa wisatawan negeri tirai bambu sangat menyukai budaya Bali.

Sebab, selama ini yang berkembang wisatawan Tiongkok hanya dikatakan menyukai pantai dan berbelanja. “Ternyata mereka itu senang dengan kebudayaan kita. Salah satu contohnya, di Hainan sampai bikin desa Bali. Nanti saya akan bicara juga dengan Ketua ASITA, supaya mereka dibawa ke daerah-daerah budaya kita lah,” ujarnya.

Yuniartha menambahkan, ASITA juga perlu mengenalkan objek-objek wisata lain yang ada di Klungkung, Jembrana, Tabanan, bahkan Buleleng. Jangan hanya terpaku pada tour yang itu-itu saja.

Baca juga:  Tanggulangi Pandemi COVID-19, Denpasar Rancang Anggaran BTT Belasan Miliar

Di sisi lain, kabupaten/kota pun diminta membuat tanda yang jelas pada objek wisata. Utamanya di Pura yang kebetulan banyak dikunjungi wisatawan.

Tanda itu agar dibuat pula dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan jika memungkinkan bahasa Mandarin. Mengingat, wisatawan Tiongkok umumnya tidak menguasai bahasa Inggris. “Sampai dimana orang itu boleh masuk, jangan sampai dibawa masuk ke dalam, ke utama mandala. Kita sembahyang ada orang seliwar-seliwer di depan, tidak enak kita. Apa yang boleh dilakukan wisatawan, kalau dia masuk umpama harus pakai kamen, kalau lagi kotor (cuntaka) jangan. Itu harus jelas,” tegasnya.

Sementara dari segi guide, Yuniartha mengakui mereka ujung tombak untuk mengenalkan budaya Bali kepada wisatawan Tiongkok. Pada 2019, pihaknya akan bekerjasama dengan HPI Bali untuk memberikan pelajaran tentang budaya Bali kepada guide berlisensi. “Ini untuk menambah ilmu mereka, disamping keinginan dari gubernur supaya banyak masyarakat lokal yang bisa berbahasa mandarin. Ini tetap kita lakukan secara bertahap,” tandasnya. (Rindra Devita/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *