TABANAN, BALIPOST.com – Kasus HIV baru di Tabanan yang ditemukan setiap bulannya rata-rata 10 kasus. Mulai meningkatnya penemuan kasus baru HIV ini dikarenakan sudah mulai banyaknya layanan kesehatan yang dapat diakses.
Saat ini setiap puskesmas Tabanan sudah bisa melakukan tes HIV. Peningkatan penemuan kasus ini juga karena sosialiasi yang dilakukan secara terus menerus.
Kepala KPA (Komisi Penanggulangan HIV/AIDS) Tabanan, Ketut Randem, mengatakan penemuan 10 kasus baru per bulan ini didasari data 2017. Kasus baru di tahun tersebut terdata 112 kasus. Dari jumlah ini, 69 kasus HIV baru ditemukan pada pria dan 43 pada wanita.
Sementara jika dilihat dari usia antara rentang 20 hingga 29 tahun. “Jika dilihat dari jenis pekerjaan kebanyakan adalah ibu rumah tangga dan petani,” ujarnya.
Ia melanjutkan adanya diskriminasi kepada penderita HIV menjadi tantangan untuk menemukan kasus HIV di masyarakat terutama dalam tahap masih HIV dan bukan AIDS. “Kebanyakan kasus baru ini ditemukan saat penderita sudah masuk dalam tahap sakit atau AIDS. Pengobatannya menjadi lebih sulit dibandingkan jika diketahui masih dalam tahap HIV,” ujar Randem.
Diskriminasi ini tidak hanya dari lingkungan masyarakat tetapi juga terjadi pada lingkungan keluarga terutama saat penderita meninggal dunia. Menurut Randem, jika penderita meninggal di rumah sakit biasanya tidak bermasalah karena jenazah sudah ditangani sesuai protap.
Masalah timbul ketika penderita meninggal di rumah. Disinilah terjadi diskriminasi, tidak ada yang mau untuk menyentuh atau memandikan jenazah.
Perlakuan diskriminasi juga terjadi pada saat penderita hidup. Contohnya bagi anak-anak ODHA yang dikucilkan dari pergaulan sekolah.
Untuk ini, KPA Tabanan terus menerus melakukan sosialisasi jika HIV tidak menular dengan mudah dan ada obatnya. Jika penderita HIV berobat secara teratur, maka virus HIV akan bisa ditekan dan penderita tetap akan hidup sehat serta berkualitas.
Mengenai dana penanganan HIV, kata Randem, pada 2018 ini mengalami peningkatan. ‘’Tahun 2017 dana yang diberikan sebesar Rp 100 juta dan tahun ini meningkat menjadi Rp 200 juta. Ini menunjukkan kepedulian pemerintah semakin besar terhadap penanggulangan dan pencegahan kasus HIV di masyarakat,’’ ujarnya.
Selama tahun 2018, pihaknya selain melakukan sosialisasi ke tempat risiko tinggi juga sosialiasi ke tempat risiko rendah, seperti sekolah dan ibu rumah tangga. Selain sosialisasi juga dilakukan kegiatan pembagian kondom ditempat risiko tinggi serta penyebaran brosur. “Kenapa kelompok risiko rendah juga disasar? Karena mereka juga terancam HIV. Melihat adanya kasus yang ditemukan pada anak-anak, ibu rumah tangga dan bayi,” tutur Randem.
Dalam memperingati Hari HIV/AIDS yang jatuh pada Sabtu (1/12), lanjut Randem, di Tabanan akan dirayakan dengan jalan santai yang bertema ‘”Saya Berani Saya Sehat.” Jalan santai ini akan dilaksanakan Jumat (7/12) dengan titik awal di Lapangan Dangin Carik. (Wira Sanjiwani/balipost)