AMLAPURA, BALIPOST.com – Beberapa bulan terakhir Gunung Agung mulai tenang. Namun, tiga hari belakangan, gunung tertinggi di Bali itu kembali menunjukkan aktivitas kegempaan vulkanik yang meningkat.
Petugas Pengamat Gunung Api Agung di Pos Pemantaun Rendang, Anwar Sidiq, Senin (3/12) mengungkapkan, aktivitas kegempaan sejak tiga hari belakangan ini memang meningkat. Kegempaan vulkanik dangkal terjadi sebanyak sembilan kali. Kondisi itu mengindikasikan bahwa aktivitas gunung tertinggi di Bali itu masih cukup tinggi.
Berdasarkan pantauan secara visual, Gunung Agung kembali terlihat mengeluarkan asap di puncak dengan intensitas tipis. Ia mengatakan aktivitas dari Gunung Agung sampai detik ini masih fluktuatif dengan indikasi masih ada suplai magma dari dalam perut gunung itu.
Akan tetapi, lanjutnya, intensitasnya tidak besar. Karena sampai saat ini di dasar kawah masih terdapat titik api. “Sampai saat ini titik api di dasar kawah Gunung Agung masih tetap ada. Itu bisa dibukttikan dengan adanya embusan. Apalagi sekarang ini dipengaruhi mulai turunnya hujan, sehingga jika titik api tersebut terkena air hujan dan menghasikan uap berwarna putih,” ungkapnya.
Sidiq menambahkan, kendati sejak beberapa bulan terakhir Gunung Agung tidak pernah lagi mengalami erupsi, akan tetapi pontensi untuk itu masih tetap ada. Karena aktivitas gunung agung masih naik turun.
Untuk itu, sampai saat ini pihaknya masih merekomendasi jarak 4 km warga dilarang melakukan aktivitas. Termasuk aktivitas pendakian belum diizinkan, mengingat sewaktu-waktu masih berpotensi terjadinya erupsi. “Warga yang bermukim di dekat aliran sungai juga harus mewaspadi adanya lahar hujan. Karena belakangan ini sering turun hujan. Sehingga sisa-sisa belerang yang ada di puncak ketika kena air hujan akan mengalir ke sungai-sungai,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Sub Bidang Mitigasi Pengamatan Gunung Berapi Wilayah Timur, PVMBG, Devy Kamil Syahbana menjelaskan, hingga kini akvitas Giri Tohlangkir berfluktuasi. Gempa masih ada. PVMBG masih belum bisa turunkan statusnya. “Kalau penurunan status belum ada. Seandainya aktivitas benar-benar turun, baru akan diturunkan,” katanya. (Eka Parananda/balipost)