NEGARA, BALIPOST.com – Puluhan desa/kelurahan di Kabupaten Jembrana masuk titik rawan bencana tanah longsor. Dari pemetaan yang dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana, titik longsor itu ada di 22 desa/kelurahan.
Pemetaan ini berdasar kejadian yang terjadi selama beberapa tahun ini. Titik yang paling banyak ada di Kecamatan Mendoyo.
Dari 11 desa yang ada di Kecamatan tersebut, 10 di antaranya masuk titik rawan longsor. Hal ini dipicu kondisi geografis desa/kelurahan tersebut dimana banyak perbukitan dan beberapa permukiman warga berada di tebing. Kepala Pelaksana BPBD Jembrana, I Ketut Eko Susilo AP, Senin (3/12) mengatakan dari 22 desa/kelurahan yang terdapat titik rawan longsor itu mendapat pengawasan khusus guna menekan korban atau dampak tanah longsor.
Sebagian besar lokasi titik berada di sisi Utara yang wilayahnya perbukitan. Tanah longsor rawan terjadi memasuki awal musim penghujan dan penghujan.
Rumah atau tanah warga yang berada di kemiringan sangat rawan. Dari pendataan menurutnya ada 22 desa/kelurahan yang masuk rawan titik longsor.
Rinciannya, Kecamatan Pekutatan ada di tiga desa, di Kecamatan Mendoyo sepuluh desa, Kecamatan Jembrana tiga desa/kelurahan, Kecamatan Negara terdapat di dua desa/kelurahan dan diKecamatan Melaya lima desa. Memasuki musim penghujan ini, puluhan titik ini mendapat pengawasan dan pencegahan.
Sebab, dalam beberapa bulan ke depan masih berpotensi hujan deras seperti sebelumnya. Karena itu BPBD mengimbau kepada warga yang tinggal di titik rawan longsor agar waspada.
Desa juga diminta untuk aktif melakukan pembinaan kepada masyarakat khususnya yang tempat tinggalnya berada di lereng bukit. Paling tidak, warga melakukan persiapan atau mencari tempat yang lebih aman.
Selain itu, BPBD menurutnya juga telah membentuk relawan peduli bencana di masing-masing desa. Mereka nantinya bertugas untuk berupaya membantu meminimalisir dampak bencana.
Diakui BPBD untuk bencana longsor masih banyak kekurangan sarana dan prasarana. Semisal alat berat yang sewaktu-waktu bisa digunakan di wilayah rawan longsor. (Surya Dharma/balipost)