BUPATI Gianyar, I Made Mahayastra bersama ratusan warga Desa Taro, Kecamatan Tegallalang melakukan kirab Kalpataru dengan berjalan kaki dari Kantor Desa Taro menuju Yayasan Lembu Putih, Desa Taro, Selasa (4/12).
Kirab diiringi gambelan baleganjur serta sejumlah penari menambah semarak suasana kirab, wargapun tampak antusias mengikuti kirab sepanjang kurang lebih 1 kolometer tersebut. Sesampainya di Yayasan Lembu Putih, Bupati Mahayastra juga meresmikan monument Kalpataru.
Bupati Gianyar, I Made Mahayastra didampingi kepala Dinas Lingkungan Hidup I Wayan Kujus Pawitra mengatakan, penghargaan Kalpataru ini merupakan yang ke tiga kalinya diraih Kabupaten Gianyar. yang pertama diraih oleh Pemkab Gianyar, kemudian Padang Tegal Ubud serta Yayasan Lembu Putih, Desa Taro. Ini membuktikan kecintaan Pemerintah dan masyarakat Kabupaten Gianyar untuk menjaga lingkungan walaupun diakui masih banyak rongrongan-rongrongan terkait dengan perusakan terhadap lingkungan itu sendiri.
Gianyar sebagaimana diketahui adalah pariwisata yang mengandalkan pariwisata budaya. Meski demikian, tidak dapat melepaskan diri dari menjaga serta pelestarian lingkungan. Di Kabupaten Gianyar sendiri, daerah yang memiliki alam yang masih asri dan terjaga adalah Tegallalang, Tampaksiring dan Payangan.
Mahaystra juga mengatakan, dengan keberadaan Yayasan Lembu Putih dua agenda besar telah mampu diselesaikan yakni tentang pelestarian alam serta Lembu Putih sehingga terhindar dari kepunahan.
“Ke depan alam ini harus tetap kita jaga, karena kita mendapatkan pendapatan khususnya di kabupaten memang bermodalkan dari alam. Setelah ini kokokan akan kita ajukan untuk mendapatan Kalpataru,” terang Mahayastra.
Ditambahkan, begitu juga dalam upaya pelestarian dan menjaga kebersihan sungai-sungai yang ada di Kabupaten Gianyar dari tahun ke tahun terus berlangsung dan bisa memberikan manfaat bagi masyarakat. Hal ini juga didukung dengan semakin berkembangnya organisasi-organusasi kemasyarakatan yang bergerak di bilang pelestarian lingkungan.
“Sekarang banyak terbentuk organisasi kemasyarakatn yang bergerak dalam pelestarian lingkungan, itu merupakan kebanggaan kita bersama dan kerja keras Dinas Lingkungan Hidup beserta OPD yang lain,” imbuh Mahayastra.
Diketahui Kabupaten Gianyar melalui Yayasan Lembu Putih, Desa Taro sebagai yayasan konservasi alam berhasil meraih tropy Kalpataru katagori penyelemat lingkungan. Dari 513 Kabupaten/Kota seluruh Indonesia, Kabupaten Gianyar merupakan salah satu dari 10 Kabupaten/Kota penerima Kalpataru seluruh Indonesia. Penghargaan diserahkan langsung oleh Menko Ekonomi, Darmin Nasution dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bahar pada puncak peringatan Hari Konservasi Alam Nasional di Taman Wisata Alam Batu Putih, Tangkoko Bitung, Sulawesi Utara, (30/8).
Pj Perbekel Desa Taro, I Nyoman Karang mengatakan, sejarah berdirinya yayasan berawal dari kesadaran para pemuda dalam pelestarian lingkungan sehingga membentuk kelompok Go Green pada Januari 2010. Dilanjutkan dengan kegiatan pembersihan di kawasan Lambu Putih, Taro hingga terbentuk Yayasan Lembu Putih pada 2012.
Berbekal dari itu, Yayasan Lembu Putih menyusun rencana kegiatan dalam upaya memaksimalkan pencapaian target kegiatan. Yakni meningkatkan peran serta masyarakat dalam pelestarian Lembu Putih, memaksimalkan kerjasama dengan pihak terkait dalam upaya perlindungan dan konservasi hutan Taro serta perlindungan situs sejarah Pura Gunung Raung, pengembangan tanaman langka usada (herbal) dan tanaman upakara.
“Tahun 2015 untuk pertama kalinya Yayasan Lembu Putih diusulkan pada ajang penghargaan Kalpataru. Tahun 2017 diusulkan kembali serta berhasil meraih Tropy Kalpataru katagori penyelamat lingkungan,” tambah Nyoman Karang.
Hal senada juga diungkapkan Kelian Adat Desa Pakraman Taro Kaja, I Made Tagil Kumaranata, diraihnya Tropy Kalpataru ini adalah karena partisipasi masyarakat serta Yayasan Lembu Putih dalam pelestarian lingkungan. Selain karena disakralkan, kesadaran dari masyarakat juga sangat tinggi dalam pelestarian lingkungan termasuk hutan yang ada di Desa Taro.
“Hutan yang mecakup kawasan Lembu Putih sekitar 2 hektar. Sedangkan, hutan keseluruhan sekitar 8 hektar dan ini belum terusik karena terdapat berbagai jenis taru (tanaman),” terang Tagil Kumaranata. (Adv/balipost)