BANGLI, BALIPOST.com – Harga pakan ayam petelur belakangan ini mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Kondisi ini mengakibatkan peternak ayam di Bangli kelimpungan, terutama peternak yang skala usahanya kecil.
Seorang peternak ayam petelur di Desa Peninjoan, Tembuku Agus Febrianto, Jumat (7/12) mengungkapkan, kenaikan harga pakan ayam sudah mulai dirasakan sejak awal November lalu. Jagung salah satunya, per kilogramnya kini harganya menembus Rp 6 ribu, dari sebelumnya yang hanya Rp 4 ribu per kilogram. Demikian juga dengan dedak, dari harga sebelumnya Rp 3 ribu kini naik menjadi Rp 4,5 ribu per kilogram. Konsentrat mengalami kenaikan dari Rp 375 ribu/sak menjadi Rp 390 ribu/sak.
Agus mengaku tak mengetahui secara pasti apa penyebab naiknya harga pakan ayam saat ini. Namun menurutnya, ada banyak faktor yang biasanya mempengaruhi kenaikan harga pakan ayam terutama jagung. Beberapa faktor yang dimaksud diantaranya karena cuaca, gagal panen, dan permintaan yang tinggi. Untuk jagung dan dedak selama ini banyak didatangkan dari wilayah Negara, dan berbagai daerah lainnya di luar Bali, seperti Lombok, Jawa dan Sumbawa. “Untuk konsentrat didatangkan dari pabrik di Surabaya. Harganya biasanya mengikuti harga dolar. Kalau harga dolar melemah ya turun harganya. Kalau mahal, dia ikut naik. karena bahan bakunya ada yang import,” jelasnya.
Naiknya harga pakan ayam ini, diakuinya cukup membuat peternak kelimpungan. Pasalnya kenaikan harga pakan saat ini tidak sesuai dengan harga jual telur. Febri mengatakan, meski harga telur telah mengalami kenaikan dari Rp 33 ribu/ terai menjadi Rp 39-40 ribu/terai, namun jika dibanding dengan mahalnya harga pakan, harga jual telur saat ini belum bisa memberi keuntungan bagi peternak. Idealnya, peternak bisa menikmati keuntungan jika harga telur ayam bisa laku dijual Rp 42 ribu/terai. “Kalau harga Rp 42 ribu per terai bisalah kenyem-kenyem peternaknya,” ujarnya.
Kenaikan harga pakan saat ini juga diakui Febri membuat banyak peternak tidak bisa melanjutkan usahanya. Terutama yang skala usahanya kecil. “Ada yang tidak bisa jalan, ada yang jalan di tempat. Utamanya yang skala kecil. Kalau ternak besar misalnya punya 20 ribu ekor kan ayamnya bisa dibagi dalam beberapa kelas, jadi semua harga masih bisa kena,” ujarnya.
Dengan kondisi mahalnya harga pakan seperti sekarang, peternak berharap pemerintah dapat mencarikan solusi dan mengambil sikap. Harga pakan terutama jagung yang kini melambung dan langka diharapkan bisa ditekan, salah satunya dengan cara import. “Karena jagung kan bahan baku pokok. Paling banyak penggunaannya. Kalau ini mahal dan langka sangat berdampak terhadap usaha peternak ayam,” pungkasnya. (dayu rina/balipost)