DENPASAR, BALIPOST.com – Golkar Bali menggelar rapat pada Minggu (9/12). Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub) menjadi salah satu usulan yang mencuat dalam rapat yang dipimpij Plt. Ketua DPD Partai Golkar Bali, Sumarjaya Linggih dengan Ketua DPD II Partai Golkar kabupaten/kota se-Bali.
Rapat yang berlangsung di Kantor DPD Partai Golkar Bali, sempat diwarnai keributan. Keributan dalam rapat terdengar sekitar pukul 13.00 wita di lantai 2 tempat berlangsungnya rapat.
Tak hanya keributan karena adu mulut. Juga ada suara seolah-olah ada meja atau benda lain yang digebrak.
Beberapa kader Golkar ada yang memilih turun sebelum rapat usai karena keributan itu. Tercetus pula dua nama yang disebut-sebut terlibat dalam keributan yakni Dewa Nida dan I Wayan Gunawan.
Dikonfirmasi soal keributan ini, Sumarjaya Linggih, mengatakan tidak ada kaitan dengan adanya rencana Musdalub. “Tadi adu argumen tentang biasa-lah, hanya beda argumen. Tapi tidak tentang Musdalub. Saya lihat hanya tentang ‘reuni’, ngobrol yang ke belakang,” ujarnya didampingi Sekretaris DPD Partai Golkar Bali, I Nyoman Sugawa Korry.
Menurut pria yang akrab disapa Demer ini, Golkar memang tidak pernah menutup adanya adu argumen. Ia pun tidak sepakat bila adu argumen itu disebut sebagai keributan saat rapat. “Itu debat biasa, tidak ada ribut-ribut. Kalau ada ribut, saya bawa ke kriminalitas. Cuma adu argumen, dan di Golkar itu biasa adu argumen,” jelasnya.
Demer mengakui ada beberapa peserta rapat yang mengusulkan Musdalub sebelum Pileg 2019. Namun, hal itu merupakan kewenangan pusat (DPP) untuk memberi pertimbangan.
Kalau melihat dari segi urgensi, dikatakan bila Plt pun sebetulnya memiliki kewenangan yang sama persis alias tidak ada bedanya dengan Ketua definitif. (Rindra Devita/balipost)