SEMARAPURA, BALIPOST.com – Hujan disertai angin kencang kian banyak memicu bencana di Bali. Bahkan, sudah merenggut korban jiwa.
Untuk Kabupaten Klungkung, potensi bencana merata di seluruh kecamatan, meski dengan segmentasi yang berbeda. Sebagai daerah dengan tingkat kerawanan bencana cukup tinggi, BPBD Klungkung kini sedang mempercepat proses pemetaan risiko bencana di BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana).
Kepala Pelaksana BPBD Klungkung I Putu Widiada, Minggu (9/12), mengatakan sesuai hasil pemetaan 2015, setiap kecamatan memiliki potensi kerawanan bencana yang berbeda. Contohnya, Kecamatan Banjarangkan, potensi bencana paling tinggi berupa tanah longsor.
Selain itu juga dampak gempa bumi, tsunami dan dampak angin kencang. Ini tercermin dari beberapa peristiwa longsor yang langganan terjadi di Banjarangkan, setiap kali terjadi hujan lebat.
Beruntung, dalam beberapa peristiwa terakhir tak sampai menimbulkan korban jiwa. Potensi tinggi bencana longsor juga ada di Kecamatan Dawan.
Namun, sejauh ini kalau di kecamatan ini paling banyak terjadi dampak bencana angin kencang. Seperti pohon tumbang menimpa rumah, yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir. Di samping bentuk bencana lainnya, berupa gempa bumi maupun tanah longsor.
“Update daerah resiko bencana tahun 2018 sedang proses asistensi. Targetnya bisa selesai pada akhir tahun 2018. Kita sedang proses peta risiko bencana di BNPB.
Mudah-mudahan akhir tahun ini sudah selesai,” kata Widiada.
Ia menegaskan pemetaan itu berguna untuk mengantisipasi dan evakuasi, bila bencana itu datang. Sehingga daerah bisa mengambil tindakan yang cepat.
Sementara di Kecamatan Klungkung, potensi bencana paling tinggi adalah banjir, selain gempa bumi dan angin kencang. Ini merujuk pada kondisi perkotaan yang padat penduduk, di tengah kesadaran warga yang belum merata dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Potensi bencana angin kencang juga tinggi. Seperti yang terjadi baru-baru ini di Desa Gelgel, hingga merusak belasan rumah, sekolah hingga bale banjar di Banjar Minggir dan Kacangdawa. “Dengan adanya peta resiko bencana dari BNPB nanti, disana akan memuat setiap resiko bencana lebih detail di setiap desa. Termasuk langkah-langkah antisipasi yang bisa dilakukan dari sekarang,” tegasnya.
Sementara di Kecamatan Nusa Penida, juga tidak kalah genting. Namun, beda dengan tiga kecamatan lain, di daerah kepulauan ini justru potensi bencana terbesarnya adalah kekeringan, disamping juga ancaman gempa bumi, tsunami dan angin kencang.
Sebab, sebagai daerah kepulauan, disana minim sumber mata air. Sehingga, warga di daerah perbukitan masih mengandalkan air hujan.
Sebagai langkah antisipatif dari BPBD Klungkung, setiap tahun pihaknya melakukan simulasi bencana di setiap desa. Ini untuk melatih personil sekaligus masyarakat sekitar dalam menghadapi bencana. “Tahun ini kita sudah lakukan simulasi di Banjarangkan. Tahun lalu di Nusa Penida. Setiap tahun kita lakukan sosialisasi ke desa-desa, sekaligus kita buatkan petanya. Tahun ini, Desa Suana yang kita buatkan petanya,” jelas Widiada. (Bagiarta/balipost)