MANGUPURA, BALIPOST.com – Untuk meminimalisir banjir di wilayah Kuta, Seminyak, Legian hingga ke hulu, sedimentasi aliran Tukad Mati sedimentasi perlu mendapat perhatian serius. Normalisasi sedimentasi alur Tukad Mati perlu dilakukan kontinyu.
Sebab, dalam beberapa kejadian banjir, salah satunya di jalan Kunti II Seminyak, memang disebabkan oleh melubernya air di Tukad Mati. Dengan tingginya intensitas hujan belakangan ini, Tukad Mati belum mampu menampung aliran tersebut untuk menuju ke laut.
Seperti yang disampaikan oleh Lurah Seminyak, Kadek Oka Parmadi, Minggu (8/12), pada Sabtu (7/12) genangan air hujan di Jalan Kunti II mencapai ketinggian 12 cm. Untungnya, kondisi genangan tidak separah sebelumnya yang bisa mencapai selutut.
Dengan kondisi tersebut, warga sekitar berharap agar pihak Balai Wilayah Sungai Bali Penida (BWS-BP) melakukan normalisasi sepanjang aliran tukad mati. Tidak hanya itu, pihaknya juga mengajak masyarakat agar bersama-sama mulai menjaga lingkungan, dengan memperbanyak area resapan air melalui penyediaan lubang biopori serta menjaga kebersihan bersama.
Dikonfirmasi terpisah, Satker Sungai Pantai I BWS Bali Penida, Wayan Riasa mengakui kalau luapan air hujan ini dikarenakan debit air hujan yang terlalu tinggi. Apalagi ditambah keberadaan sampah yang membuat aliran air menjadi kurang maksimal.
Elevasi muka air di saluran drainase juga menjadi sama dengan kondisi Tukad Mati. Saat air tukad mati tinggi, tentu air di drainase tidak bisa disalurkan ke sungai.
Menurut Riasa, untuk mengatasi agar banjir di Kunti II tidak terulang, pihaknya akan memasang 2 unit pompa penyedot air di hilir sungai di dewi Kunti yang akan mulai dipasang pada Januari 2019. Pompa tersebut masing-masing memiliki kekuatan 1,5 m3 perdetik. “Kemungkinan kalau ada pompa itu kedepan tidak akan ada masalah lagi di jalan Kunti. Sebab jika pompa belum terbangun maka air Tukad Mati masih bisa masuk ke gorong-gorong, sehingga air gorong-gorong tidak mampu dialirkan ke sungai,” ujarnya. (Yudi Karnaedi/balipost)