Eko Setyo Nugroho (kanan) dan Arif Surarso (kiri) saat memberikan keterangan pers. (BP/may)

DENPASAR, BALIPOST.com – Untuk mendukung program pemerintah untuk menggenjot ekspor, tahun 2019, Bank BNI akan serius menggarap penyaluran kredit ekspor. BNI menargetkan penyaluran kredit ekspor Rp 1 triliun tahun 2019.

DGM Bisnis Kecil 1 PT. BNI (Persero) Tbk. Arif Surarso mengatakan, dari total penyaluran kredit BNI sebesar Rp 4,5 triliun tahun 2019, Rp 1 triliun diantaranya diupayakan untuk kredit ekspor. “Targetnya cukup besar karena kredit ekspor akan menjadi salah satu program unggulan kita,” ungkapnya Senin (10/12) di Maya Sanur, Hotel.

Ia akan mengemas program ini dengan menarik. Salah satunya dengan memberikan bunga murah. Tren suku bunga BNI cenderung meningkat dan cukup mahal yaitu 12,5 persen.

Baca juga:  Tekankan Fair Play, Penjurian Binaraga Adopsi Sistem Penilaian Digital

Dengan program ini, eksportir bisa melakukan negosiasi suku bunga. “Eksportir bisa dapat bunga di bawah itu,” ungkapnya.

Namun rate suku bunga belum bisa ia sampaikan karena tim tresurinya sedang menghitung. Tahun 2018, diakui BNI belum fokus ke kredit ekspor. Sehingga pertumbuhan nasabah belum signifikan.

Mengingat program ini baru digulirkan akhir tahun 2018. Sampai saat ini debitur eksportir BNI sebanyak 185 nasabah. “Kalau target nasabah sebanyak-banyaknya,” tandasnya.

Program kredit ekspor ini diberikan khususnya untuk UMKM yang memiliki produk orientasi ekspor. Masing-masing debitur diberikan pinjaman maksimal Rp 15 miliar. “Program ini menyasar UMKM saja. Target 2019 sebagian besar eksportir bisa kita fasilitasi,” tandasnya.

Baca juga:  E-Samsat Tahap II Dibuka, BNI Perluas Layanan ke 16 Provinsi

Penyaluran kredit terutama kredit ekspor selalu ada risiko, maka BNI berupaya meminimalisir risiko. Diantaranya dengan LC melalui BNI. “Transaksi LC dan non LC yang kita kemas untuk meminimalisir risiko transaksi ekspor,” bebernya.

Untuk meminimalisir risiko, juga ada fasilitias hedging untuk meminimalisir risiko volatilitas kurs. Upaya menggenjot ekspor ini dilakukan untuk mendukung program pemerintah menghasilkan devisa.

Karena defisit neraca perdagangan Indonesia saat ini USD 5,51 miliar. Diharapkan defisit neraca perdagangan tidak lebih dari 3 persen.

Pemimpin BNI Kantor Wilayah Bali NTB & NTT Eko Setyo Nugroho mengatakan, tahun 2018, eksportir yang sudah difasilitasi ada 100 debitur. Tujuan ekspor mereka terbanyak ke Amerika Serikat, Eropa, Jepang. “Target BNI bisa memfasilitasi eksportir di Bali yang membutuhkan ekspor dari perbankan. BNI memiliki jaringan kantor di luar negeri terbanyak. Kita juga sudah memilik award best trade finance selama bertahun-tahun. Dari sisi bantuan pada UMKM yang berorientasi ekspor juga sudah banyak, dan sekarang kita punya program ekspor,” imbuhnya sambil menyebut NPL kredit ekspor di bawah 1 persen.

Baca juga:  Mukernas Kelatnas Perisai Diri di Bali

Selama ini kendala debitur dalam melakukan ekspor adalah masalah teknis dokumen ekspor impor yang belum banyak dipahami oleh eksportir. Oleh karena itu, BNI memfasilitasi dengan tim advisory yang berfungsi memberikan penjelasan cara membuat form aplikasi. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *