SEMARAPURA, BALIPOST.com – Mengantisipasi pesatnya perkembangan Kepulauan Nusa Penida, PLN berencana membangun PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya). Pembangunannya akan dipusatkan di Desa Kutampi.
Rencananya, pembangunan PLTS ini membutuhkan tanah seluas sekitar 10 hektar. Namun, ada beberapa warga yang masih enggan melepas lahannya untuk areal PLTS.
Beberapa warga setempat mengaku enggan melepas tanahnya karena areal tersebut masih produktif. Di tengah lahannya masih banyak terdapat pohon kelapa yang masih produktif. “Kami setuju ada PLTS, tetapi apa tidak bisa mencari lahan lain? Misalnya di perbukitan,” kata salah satu pemilik tanah yang menolak namanya ditulis.
Camat Nusa Penida, I Gusti Agung Mahajaya, dihubungi Rabu (12/12), mengaku belum mengetahui perihal rencana tersebut. Sebab, dia mengaku PLN tidak ada koordinasi sebelumnya.
Sementara, Perbekel Kutampi, Wayan Cemeng, beberapa kali dihubungi belum berhasil.
Di pihak lain, General Manajer PT Indonesia Power (Anak Perusahaan PLN) Unit Pembangkitan Bali, IAGN Subawa Putra, mengakui adanya rencana pembangunan PLTS tersebut. Timnya dari Bali bersama Tim Jakarta sudah turun ke Nusa Penida sejak beberapa waktu lalu, untuk melakukan komunikasi upaya pembebasan tanah.
Rencananya, diakui membutuhkan tanah luas 10 hektar di areal yang datar untuk memudahkan proses pengerjaan. “Target kami tahun 2019, PLTS ini sudah bisa dimanfaatkan,” katanya.
PLTS ini rencananya memang sebagai persiapan untuk mengantisipasi pesatnya perkembangan pariwisata Kepulauan Nusa Penida (termasuk Lembongan dan Ceningan). Apalagi, belakangan masih kerap terjadi mati listrik, sehingga menimbulkan keluhan masyarakat.
Ini sebagai pilot project smart grid, dimana ada pembangkit, ada PLTS dan ada pula yang menggunakan baterai. Smart grid, membuat jaringan listrik pintar yang mampu mengintegrasikan kegiatan dari semua pengguna, mulai dari pembangkit sampai ke konsumen dengan tujuan agar efisien, berkelanjutan, ekonomis dan suplai listrik yang aman.
Disinggung mengenai adanya penolakan pembebasan lahan oleh warga, dia mengaku belum mendapat laporan dari timnya di lapangan. Demikian juga mengenai progress hasil pembebasan tanahnya. “Tim masih bekerja di lapangan. Sejauh ini saya belum mendapat laporan terkait itu (penolakan pembebasan lahan). Biarkan dulu berproses disana. Nanti kita lihat hasil akhirnya,” katanya.
Saat ini, selain PLTS, PLN sedang melakukan pengembangan mesin untuk menambah kekuatan produksi listrik, dari sebelumnya hanya 6 megawatt menjadi 11 hingga 12 megawatt. Total saat ini ada 7 mesin pembangkit, berkapasitas 1,7 megawatt setiap mesinnya. Seluruhnya terpusat di Desa Kutampi. Sehingga seluruhnya berkapasitas sekitar 12 megawatt.
Dari total kapasitas ini, sebenarnya pemakaian listrik di seluruh kepulauan Nusa Penida, hanya 7,2 megawatt pada saat beban puncak. Artinya, secara kapasitas produksi listrik, masih amat mencukupi untuk pelayanan seluruh pelanggan Nusa Penida, baik untuk pelanggan rumah tangga maupun untuk bisnis dan lainnya.
Manajer Operasional dan Pemeliharaan PT Indonesia Power Unit Pembangkitan Bali, I Wayan Suda, menambahkan total pelanggan listrik di kepulauan Nusa Penida mencapai 17 ribu pelanggan. Sekitar 73 persen di antaranya adalah pelanggan rumah tangga dan untuk kepentingan bisnis (pariwisata) sebesar Rp 21 persen. Sementara untuk kapasitas dayanya pemakaian rumah tangga mencapai 83 persen dan pemakaian bisnis 16 persen. (Bagiarta/balipost)