Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan keterangan kepada wartawan di sela-sela Pertemuan Tahunan IMF World Bank Group 2018 di Nusa Dua, Bali, Senin (8/10). (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Tahun 2018 merupakan tahun yang penuh tantangan. Karena perekonomian global tumbuh tidak merata dan penuh ketidakpastian. Kondisi ini kemungkinan akan terus berlanjut hingga tahun 2019. Khusus di perekonomian Bali juga mengalami tantangan pasca erupsi Gunung Agung, gempa di Lombok. Demikian terungkap dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2018 dengan tema Sinergi Untuk Ketahanan dan Pertumbuhan, Kamis (13/12).

Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan (KPw) Provinsi Bali Causa Iman Karana mengatakan, Bank Indonesia KPw Bali memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2019 sebesar 6,00-6,40 persen, dengan bidang usaha pariwisata masih menjadi sumber pertumbuhan utama. Pengerjaan beberapa proyek konstruksi dan infrastruktur berupa pembangunan kawasan perkantoran, hotel, bendungan, shortcut Mengwitani – Singaraja, dan berlanjut pengerjaan Benoa Tourism Post dapat mendukung pertumbuhan ekonomi tersebut.

Baca juga:  Soal Tambahan Kasus Meninggal COVID-19 di Bali, Ini Kata Gubernur Koster

Dampak IMF WB 2018 juga akan masih terus berlanjut. Pengembangan pasar-pasar alternatif untuk ekspor barang luar negeri diharapkan menjadi salah satu faktor pendorong kinerja ekonomi Bali 2019.

Di 2019, ia mengatakan juga merupakan tahun politik sehingga akan menjadi faktor pendorong ekonomi Bali. Inflasi 2019 juga diperkirakan tetap berada dalam kisaran 3,5 persen plus minus 1 persen. Karena terjaganya tekanan harga dari sisi permintaan, volatile food, dan administered prices, ekspektasi inflasi, dan stabilnya nilai tukar rupiah.

Defisit transaksi berjalan 2019 diperkirakan turun menjadi 2,5 persen dari PDB dengan dilakukannya langkah-langkah pengendalian impor dan peningkatan ekspor serta pariwisata. Sebagai pelaksanaan dari arah kebijakan Bank Indonesia tahun 2019, KPw BI Provinsi Bali telah menyusun berbagai prioritas. “Bank Indonesia akan terus memperkuat fungsi advisory bagi Pemerintah Daerah melalui identifikasi sumber -sumber pertumbuhan ekonomi baru,” ungkapnya.

Baca juga:  Truk Pengangkut Kayu Bakar Terguling di Gitgit

BI juga memonitor perkembangan stabilitas sistem keuangan di daerah dan melaksanakan diseminasi kebijakan yang diperlukan. Fungsi ini akan diperkuat juga dengan berbagai instrumen survei.

Wakil Gubernur Bali, Tjok Oka Artha Ardana Sukawati mengatakan, pertumbuhan ekonomi yang membaik membuat pengangguran di Bali cenderung menurun. Tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Bali selalu berada di bawah rata-rata nasional.

Bahkan dalam 5 tahun terakhir merupakan yang terendah diantara seluruh Provinsi di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi juga memberi dampak positif pada penurunan kemiskinan.

Persentase penduduk miskin di Provinsi Bali cenderung menurun selama periode 2013-2018. Di tingkat wilayah Jawa dan Bali, kondisi kemiskinan Bali merupakan yang terendah kedua setelah Provinsi DKI Jakarta.

Baca juga:  Kasus COVID-19 Harian Nasional Makin Turun

Prospek perekonomian Bali di 2019, diperkirakan tumbuh positif sebesar 6,00-6,4 persen. Dengan visi “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi saat ini. Yaitu dengan menjadikan kebudayaan Bali sebagai basis dan pilar utama pembangunan perekonomian masyarakat Bali.

Program pengembangan perekonomian Bali diarahkan pada pengembangan pusat-pusat perekonomian baru di samping memperkuat lembaga perekonomian yang sudah ada. Pemda Bali melakukan pengembangan infrastruktur dalam rangka mempersempit kesenjangan antara Bali utara dan Bali selatan. “Di samping untuk mempercepat akses antar Bali selatan, barat, timur dan tengah,” tandasnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *