MANGUPURA, BALIPOST.com – Pariwisata menjadi motor penggerak perekonomian Bali dalam beberapa dasa warsa. Dengan pariwisata, diakui Tenaga Ahli Menteri Pariwisata Bidang Pemasaran dan Kerjasama Pariwisata Kementerian Pariwisata, Prof. Dr. I Gde Pitana, M.Sc., saat menghadiri Suksma Bali Night 2018, Sabtu (15/12) di BNDCC, Nusa Dua, Bali memang lebih baik dibandingkan dengan provinsi lain di tanah air dilihat dari berbagai indikator makro.
Seperti pendapatan perkapita, persentase pengangguran, persentase penduduk miskin, indeks pembangunan manusia dan indeks kebahagiaan Bali. Meski demikian kata Pitana, pembangunan pariwisata juga membawa dampak negatif, termasuk isu sampah plastik yang menjadi konsep Paiketan Krama Bali.
Bali sebagai pulau kecil mempunyai keterbatasan sumber daya, yang oleh karenanya harus dikelola dengan bijak agar kesejaheraan masyarakat bisa berkelanjutan. “Keberlanjutan merupakan salah satu kata kunci pembangunan termasuk pembangunan pariwisata Bali dan Indonesia secara keseluruhan,” sebutnya.
Ditambahkannya, Bali diharapkan bisa menjadi center of excellence bukan saja dari pendidikan atau keilmuan pariwisata, namun juga living laboratory atau laboratorium hidup bagi pembangunan pariwisata berkelanjutan. “Bali diyakini menjadi the center of excellence, quality and sustainable tourism destination. Yang tentunya bermuara pada kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat Bali. Bali yang santi dan jagadhita,” harapnya.
Gubernur Bali, Wayan Koster dalam sambutannya menyampaikan, Tri Hita Karana merupakan pondasi bagi pembangunan pariwisata yang berkualitas berkelanjutan dan berdaya saing. Seperti diketahui bersama, konsep THK sudah dikenal masyarakat dunia karena mecakup semua elemen penting dalam kehidupan. Yaitu Parahyangan, palemahan, dan pawongan. “Konsep ini menjadi tuntunan pengembangan pariwisata berkelanjutan di Bali,” katanya.
Dengan melibatkan semua stakeholder pariwisata Bali, ini merupakan langkah yang sangat baik. Karena Pemerintah Provinsi Bali saat ini sedang gencar mengembangkan pelayanan kepariwisatan yang berkualitas dan berbudaya. Sebagai upaya untuk mendatangkan wisatawan dan pangsa pasar kelas menengah ke atas.
Bukan lagi berdasarkan kuantitas namun pariwisata dengan wisatawan yang lebih berkualitas, ramah lingkungan, dan bermanfaat untuk masyarakat Bali. “Mengembangkan pariwisata berkualitas, tidaklah mudah. Diperlukan kerjasama lima elemen pariwisata. Yakni pemerintah, industri pariwisata, akademisi, media masa dan masyarakat,” ucapnya.
Kegiatan Suksma Bali 2018 memiliki tiga agenda utama. Yang pertama adalah World Clean Up Day yang dilakukan pada 15 September 2018 dengan melibatkan 27.699 peserta di seluruh Bali, Nusa Penida dan Lembongan. Suksma Bali berkomitmen untuk pelestarian alam Bali dengan fokus objektif pada pengurangan penggunaan barang dan peralatan berbahan dasar plastik sekali pakai. Ini merupakan agenda yang ketiga dari rangkaian kegiatan Suksma Bali sebagai agenda terbesar. (Yudi Karnaedi/balipost)