Monumen Perang Puputan Bayu. (BP/udi)

BANYUWANGI, BALIPOST.com – Nama Banyuwangi menjadi daerah kabupaten tidak lepas dari peristiwa heroik perang Puputan Bayu, di Desa Bayu, Kecamatan Songgon. Kala itu, 18 Desember 1771, para pejuang Blambangan menggelar perang habis-habisan melawan Belanda, di lereng timur Gunung Raung.

Belanda menemui kekalahan hebat, meski banyak pejuang Blambangan gugur. Momen bersejarah itulah ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Banyuwangi melalui Perda yang ditetapkan secara aklamasi oleh DPRD Banyuwangi tahun 1995.

Kini, Banyuwangi telah berusia 247 tahun. Peringatan perang heroik itu selalu digelar rutin dengan napak tilas Puputan Bayu. Seperti digelar, Minggu (16/12). Puputan Bayu diambil sesuai nama desa tempat berlangsungnya perang yang banyak memakan korban jiwa di kedua belah pihak. Di kubu Blambangan, perang dipimpin para tokoh pejuang pemberani. Seperti,

Baca juga:  Jelang Nataru, Penjinak Bom dan Sniper Siaga di Ketapang

Pangeran Rempeg Jogopati, Patih Jaga Lara dan Sayu Wiwit. Konon, Pangeran Rempeg Jogopati masih memiliki ikatan darah dengan Kerajaan Mengwi, Badung. “Dahulu para pahlawan merebut dan mempertahankan kemerdekaan, kini tugas kita untuk memperjuangkan kemajuan Banyuwangi,” kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

Napak tilas ini, tambah Anas,  ibarat penghubung antara masa lalu, masa kini dan masa depan. “Jangan lupakan sejarah. Hal-hal di masa lalu yang bagus, akan terus kita kembangkan. Program masa lalu yang bagus, ditambah dengan program inovasi di masa kini, akan membuat Banyuwangi berkembang menjadi lebih baik,” jelasnya.

Baca juga:  GATF Berikan Diskon Tiket Hingga 80 Persen

Menurut Anas, tahun ini Hari Jadi Banyuwangi terasa sangat spesial. Banyuwangi ditetapkan sebagai Kabupaten Paling Inovatif di Indonesia, hingga pembukaan penerbangan internasional Kuala Lumpur – Banyuwangi.

Anas berharap kegiatan napak tilas dijadikan momen untuk terus berkarya bagi Banyuwangi. Napak tilas Puputan Bayu menjadi salah satu agenda pokok Hari Jadi Banyuwangi. Kegiatan diikuti kalangan pelajar dan warga umum.

Di lokasi bekas Puputan Bayu dibangun monumen, sekitar tahun 2003. Monumen mengisahkan peperangan heroik rakyat Blambangan mengusir penjajah Belanda.

Baca juga:  Provinsi dan Kabupaten/Kota Wujudkan UHC Diberi Apresiasi

Berdasarkan sejarah, sekitar tahun 1771-1772, Belanda mengerahkan ribuan pasukan dari Semarang dan kota lain di Jawa untuk menaklukan Banyuwangi. Kala itu, Banyuwangi masih bernama Blambangan. Pasca-perang itulah, pejuang Blambangan banyak gugur. Lalu, Belanda mengangkat Mas Alit, Bupati pertama Banyuwangi. (Budi Wiriyanto/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *