SEMARAPURA, BALIPOST.com – Minat warga menjadi petani rumput laut belakangan kian menurun. Ini didorong oleh perkembangan daerah kepulauan Nusa Penida sebagai destinasi wisata, dimana banyak warga beralih profesi mendukung perkembangan itu.

Situasi ini juga didorong oleh fakta bahwa rumput laut kerap diserang penyakit yang membuat petani rumput laut Nusa Penida kerap merugi. Meski demikian, pemerintah daerah berkeinginan agar potensi rumput laut justru tak terbunuh oleh perkembangan pariwisata.

Namun, bisa saling mendukung. Oleh karena itu, menghadapi persoalan ini pemerintah daerah melalui Dinas Perikanan dan Kelautan Klungkung, ingin mengembalikan kualitas rumput laut yang dijauhkan dari penyakit, seperti penyakit ice-ice, kini sedang dibuatkan demplot.

Menurut I Wayan Suarbawa, Senin (17/12), sebagai petugas lapangan Dinas Perikanan dan Kelautan Klungkung, demplot tersebut bertujuan untuk menguji hasil produksi rumput laut. Demplot bakal dipusatkan di tiga tempat, antara lain di Semaya, Batununggul dan Lembongan.

Baca juga:  IKN Diplot Jadi Kota Paling Berkelanjutan di Dunia

Demplot sudah dibuat sejak April 2018. Sementara, hasilnya dikatakan cukup bagus, karena rumput laut yang tumbuh cukup subur dan dijauhkan dari penyakit.

Tetapi, menurutnya proses ini perlu diperpanjang untuk mengetahui validitas hasilnya, agar lebih akurat berdasarkan siklus tahunan rumput laut, bukan lagi bulanan. “Penyakit yang menyerang rumput laut, kerap membuat petani mengeluh. Kami ingin tahu dan sekaligus mencari solusi menghadapi penyakit ini, kemudian menyebarkannya kepada petani, agar mereka tetap menekuni menjadi petani rumput laut. Sebab, rumput laut adalah salah satu identitas Nusa Penida,” katanya.

Baca juga:  Bali Darurat Sampah, Perlu Upaya Bersama Mengatasi

Penyakit ice-ice ini, menurutnya adalah faktor utama kenapa produksi rumput laut semakin menurun. Ditambah lagi perkembangan pariwisata Nusa Penida yang kian pesat.

Padahal, daerah pesisir rumput laut merupakan andalan penopang kehidupan warga di pesisir. Seharusnya, antara pariwisata dan petani rumput laut, bisa saling berkolaborasi, sehingga saling menguntungkan.

Sejak rumput laut terus diserang penyakit, warga yang biasa bekerja sebagai petani rumput laut kian beralih pekerjan lainnya. Sisi lain, pariwisata kecamatan Nusa Penida berkembang pesat sehingga warga yang dulunya sebagai petani rumput laut beralih sebagai pekerja pariwisata atau penopang pariwisata dan buruh bangunan.

Menurut survei yang dilakukan di Nusa Penida, sebagian besar masyarakat masih menginginkan rumput laut berjaya seperti dulu dan menginginkan berbudidaya lagi. Namun karena hasil produksinya sering kena penyakit ice-ice dan harga tak menentu, hal itu menyebabkan masyarakat ragu kembali melaut.

Baca juga:  Karya IBTK, Badan Pengelola Siapkan Belasan Kantong Parkir Cadangan

Mereka takut merugi dan banyak dari mereka beralih profesi. Selain demplot, melalui Yayasan Kalimajari, Wayan Suarbawa juga ikut andil melatih petani untuk mengolah hasil rumput laut menjadi berbagai produk. Mulai menjadi krupuk, sabun, sirup, selai, handbody dan beberapa bentuk makanan ringan lainnya.

Ia berharap dengan pelatihan ini, hasil produknya bisa jadi daya dukung pariwisata. Sehingga, bisa menjadi bukti riil saling mendukung antara petani dan pariwisata. “Saya ingin rumput laut dan pariwisata bisa saling menguatkan, bukan saling meniadakan,” tutup Suarbawa. (Bagiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *