DENPASAR, BALIPOST.com – Pertumbuhan ekonomi Bali didorong dari pariwisata sekitar 52,9 persen. Dominasi pariwisata terhadap perekonomian Bali ini cukup berbahaya. Sebab, jika ada gangguan seperti bencana alam, dan isu keamanan, pertumbuhan ekonomi akan terganggu.
“Contoh ekstrem saat triwulan IV 2017, di saat erupsi Gunung Agung dan bandara ditutup selama beberapa hari. Pertumbuhan ekonomi Bali yang biasanya rata – rata sekitar 6 persen bahkan lebih hanya menjadi 4,01 persen,” demikian disampaikan Azka A.Subhan, Deputi Direktur Bank Indonesia Kantor Perwakilan (KPw) Provinsi Bali, Senin (17/12).
Tahun 2017 pertumbuhan ekonomi di bawah 6 persen. Bahkan selama 5 tahun terakhir selalu di atas 6%. Maka dengan berbekal pengalaman tersebut, seharusnya Bali mengembangkan sektor potensial lainnya.
Khususnya yang mendukung dan sinkron dengan sektor utama pariwisata. Kata Azka, Bali bisa mengembangkan sektor pertanian dan perkebunan, misalnya kopi dan kakao yang potensial untuk ekspor.
Bali juga bisa mengembangkan sektor industri kreatif. Kedua sektor itu tentunya inline dengan pariwisata. “Tidak disarankan Bali membangun industri besar yang berpotensi mengganggu lingkungan,” pungkasnya.
Sebelumnya Pengamat Ekonomi dari Universitas Udayana Prof. I Wayan Ramantha mengatakan, sektor lain di luar pariwisata seperti pertanian bisa dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Namun ketika pariwisata sepi, produk pertanian ini bisa diekspor, baik ke luar negeri atau ke luar Bali.
Namun, produk pertanian ini perlu sentuhan untuk membuatnya bernilai tambah baik dalam pengolahan ataupun dalam pengemasan. Pengelolaan produk pertanian dari hulu hingga ke hilir harus dilakukan dan didampingi. Petani membutuhkan teknologi industri dan pasar saat ini. (Citta Maya/balipost)