SITUBONDO, BALIPOST.com – Desa menjadi salah satu lokasi yang kini disasar XL Axiata dalam melakukan penetrasi pasar. Desa diberikan solusi digital untuk membantu warga desa sehingga bisa meningkatkan kesejahteraannya.
Salah satu desa yang dibidik adalah Karang Tekok, Situbondo. XL Axiata membangun solusi inovatif berkonsep Farm Chain Management System (FCMS) “Satwa Nusantara” untuk warga yang kebanyakan berprofesi sebagai peternak sapi.
Peluncuran aplikasi ini digelar Rabu (19/12), dihadiri Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Samsul Widodo. Hadir pula Bupati Situbondo, Dadang Widiarto, perwakilan dari Universitas Jember dan pihak terkait.
Group Head Corporate Communications XL Axiata, Tri Wahyuningsih mengatakan Desa Karang Tekok ini masuk kategori tertinggal sesuai data Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Republik Indonesia. Karena mata pencaharian adalah peternak sapi, XL menawarkan solusi digital bagi masyarakat.
Ia menjelaskan XL berupaya mengatur dari hulu ke hilir untuk peternakan sapi di Karang Tekok. Solusi “Satwa Nusantara” ini akan membantu para petani pemilik ternak di sini untuk memastikan ternak-ternak mereka, terutama sapi, bisa tercukupi pakan dan kondisi kesehatannya sepanjang tahun, termasuk di musim kemarau.
“Kami memberikan solusi untuk Sapi yang merupakan aset utama warga. Tapi selama ini mereka harus menghadapi persoalan saat musim kemarau, di mana pakan tidak mencukupi sehingga sapi kelaparan dan bobotnya menyusut drastis. Padahal, sapi-sapi yang diternakkan warga adalah sapi dari jenis unggul yang punya potensi besar secara ekonomi untuk dikembangkan.”
Ia mengatakan solusi digital ini juga akan bisa memberikan data dan gambaran mengenai potensi ekonomi yang bisa didapatkan dari ternak sapi warga desa ke depan. Sesuai dengan namanya, solusi berbasis FCMS memang ditujukan untuk memaksimalkan produktvitas komoditi pertanian dengan cara menata, memantau dan merencanakan rantai pengelolaan dari hulu ke hilir, dari mulai pemeliharaan, panen, pemasaran, bahkan hingga pengembangan produk dari ternak.
XL, dijelaskannya, bekerjasama dengan Kemendes dan PDTT untuk membantu desa tertinggal. Selain itu bersama dengan Fakultas Peternakan Universitas Jember dan Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari, Desa Toyomarto, Singosari Malang, Jawa Timur dalam mengembangkan aplikasi ini.
Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT), Kemendes dan PDTT, Samsul Widodo, mengatakan upaya XL dan Universitas Jember ini sangat baik. Sebab, bisa membantu peternak, khususnya di Karang Tekok, untuk memelihara sapi mereka. “Keberhasilan ini berpulang juga pada peternak sapi. Jangan hanya orangtuanya saja diajarkan, kalau bisa anaknya juga diajarkan sehingga mudah menggunakannya,” sebut Samsul.
Penerapan solusi ini akan mengubah pola pemeliharaan ternak yang selama ini sudah diterapkan. Jika sebelumnya sapi-sapi digembalakan di padang rumput terbuka untuk mendapatkan rumput hijau, kini sapi harus dikandangkan agar mudah dipantau kondisinya sekaligus mudah memberikan makan.
Ternak tidak hanya bisa diselamatkan dari ancaman kematian di setiap musim kemarau, namun juga bisa dikembangkan secara ekonomis sebagai komoditas. Solusi ini bisa dijalankan berdasarkan data atas ternak yang dikirimkan oleh masing-masing petani pemiliknya.
Data-data sapi ini meliputi data mengenai umur, jenis kelamin, bobot, jenis sapi, bahan baku pakan dan stok pakan jadi. Data-data tersebut kemudian akan disimpan di bank data yang dikelola oleh admin yang dijalankan tim dari Fakultas Pertanian Universitas Jember di bawah supervisi dua ahli pertanian, Dr. Hidayat Teguh Wiyono dan Kahar Muzakhar PhD yang menjadi partner dalam proyek ini.
Secara berkala, sesuai dengan perkembangan kondisi ternak, para pemilik sapi akan memperbarui data-data tersebut. Dengan demikian validitas data akan selalu terjaga, sehingga analisa yang dihasilkan juga berkualitas.
Untuk peternak, pemantauan dan pembaruan data terkait kondisi sapi dan pakannya bisa dilakukan juga secara digital. Untuk itu, disediakan aplikasi sederhana yang mudah mereka dioperasikan.
Pengelolaan data-data ternak ini akan bisa menghasilkan antara lain data riil dan analisa mengenai populasi sapi. Selain itu jumlah pakan yang dibutuhkan, baik pakan organik maupun pakan tambahan, potensi pertambahan ternak hingga beberapa tahun ke depan, hingga potensi stok daging yang tersedia, dan tentunya nilai ekonomi yang dimiliki desa dari ternak bisa dianalisa. (Diah Dewi/balipost)