Krama Desa Gelgel dan pengayah lainnya, saat ngaturang ngayah dalam rangkaian karya ke - 15 di Pura Dasar Buana Gelgel. (BP/gik)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Pura Dasar Buana Gelgel, Klungkung, Kamis (20/12), sejak pagi nampak ramai. Krama setempat ngaturang ngayah mempersiapkan rangkaian karya ke-15 dari 33 rangkaian karya secara keseluruhan di pura tersebut. Pada tahapan karya, digelar upacara Tawur Gentuh, Mapenyejeg Bumi, Mlaspas, Mendem Pedagingan, Masupati Pratima dan Karya Pengingkup.

Tujuan utamanya, adalah untuk menyucikan parahyangan Ida Batara, agar kembali suci.

Koordinator karya, Dewa Soma, saat ditemui di lokasi, mengatakan upacara ini merupakan inti penyucian, untuk memutus seluruh mala yang pernah terjadi dalam perjalanan berdirinya Pura Dasar Buana Gelgel. Sehingga, seluruh parahyangan Ida Batara sebagai tanah leluhur masyarakat Bali ini kembali suci. Tujuan besarnya, adalah agar masyarakat Bali mendapatkan energi positif dan dijauhkan dari segala niat tak baik.

Rangkaian upacara di Dasar Buana, kapuput Ida Pedanda Siwa Budha, yakni Ida Pedanda Gde Putra Tembau, dari Gria Aan (siwa), Ida Pedanda Gde Jumpung Putra Keniten, dari Gria Kamasan (siwa) dan Ida Pedanda Gde Jelantik Yoga dari Gria Wanasari (budha). Sementara pamuput di Bale Agung, antara lain Ida Pedanda Gde Rai Pidada dari Gria Pidada Klungkung (siwa), Ida Pedanda Putra Kajeng dari Gria Takmung (siwa) dan Ida Pedanda Gde Jelantik Sogatha, dari Gria Wanasari (budha).

Baca juga:  Karya Ngenteg Linggih di Banjar Tampakgangsul, Melaspas dan Mecaru Digelar

Dewa Soma menambahkan, setelah rangkaian karya tersebut, akan dilanjutkan dengan nuur tirta di pura kahyangan jagat di seluruh Bali, Lombok hingga Jawa. Baru dilanjutkan dengan mawinten massal di Pura Dasar Bhuana Gelgel. Setelah itu rangkaian karya berikutnya dilanjutkan dengan melasti pada 23 Desember ke Pantai Klotok, sekaligus melaksanakan ritual tawur tabuh gentuh, nangluk merana, ngaturang pakelem, sekaligus nunas tirta kamandalu. Datang dari pantai, dilaksanakan upacara memasar di depan Pura Dasar Buana Gelgel. Dilanjutkan ngaturang pamendak di depan pamedal agung Pura Dasar Buana Gelgel.

Baca juga:  Korupsi BP3TKI, Wahyu Matondang Dituntut 8,5 Tahun Penjara

Bendesa Gelgel Putu Arimbawa menyampaikan terakhir karya besar serupa, pernah digelar di Pura Dasar Buana Gelgel pada tahun 1518. Arsip jejak pelaksanaannya dikatakan masih ada, namun sudah tidak lengkap. Sehingga setelah melalui pembahasan panjang, akhirnya disepakati karya besar yang terakhir digelar 500 tahun lalu ini, kembali dilangsungkan tahun ini. Antusias krama Bali menyambut rangkaian karya ini cukup tinggi. Tidak hanya umat Hindu di Desa Gelgel dan Bali, bahkan umat hindu dari luar Bali pun banyak yang pedek tangkil ke Pura Dasar Bhuana Gelgel.

Dia berharap, melalui rangkaian karya tersebut, seluruh umat sedharma yang ada di Bali, maupun nusantara, selalu dijauhkan dari segala macam bahaya dan bencana alam. “Setelah masupati pratima, baru kita melasti ke Segara Klotok pada 23 Desember. Sekaligus ritual Tawur Labuh Gentuh, Ngaturang Pekelem Nunas Tirtha Kamandalu, Memasar lan Memendak Ida Bhatara,” kata Arimbawa.

Baca juga:  KIA Bukan Kelengkapan Masuk Sekolah

Setelah melasti, persiapan berikutnya adalah puncak karya agung ini. Diawali dengan Memben Tawur Panca Wali Krama, pada 26 Desember. Tawur Panca Wali Krama, Panyegjeg Bumi dan Pedanan, sehari berikutnya dipusatkan di Bencingah Agung Khayangan Jagat Dasar Buana. Sementara, sehari sebelum puncak karya, digelar Mapepada untuk menyucikan hewan yang akan digunakan sarana upacara. Pada 31 Desember, baru digelar puncak karya Puncak Karya Pengebek, Pengenteg, Pengodal, Peselang, dipusatkan di Pura Pusering Jagat, Pura Yasa, Pura Penyucian, Pura Melanting, Bale Agung Kahyangan Jagat Dasar  Buana dan Peselang.

Setelah puncak karya, tinggal pelaksanaan bakti penganyar sampai 10 Januari, sebelum karya masineb pada 11 Januari 2019. (bagiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *