BANGLI, BALIPOST.com – Tempat wisata baru yang instagrammable banyak hadir di sejumlah daerah. Salah satunya di Kabupaten Bangli, yakni Ampupu Kembar. Tempat wisata yang mulai banyak dikunjungi untuk sekedar berswafoto hingga camping ini, dulunya adalah hutan yang kumuh dan dipenuhi semak.
Tempat wisata Ampupu Kembar cukup mudah dijangkau. Lokasinya berada di pinggir jalan utama jurusan Pura Jati menuju Toya Bungkah, Kintamani. Sesuai namanya, di tempat wisata ini terdapat banyak pohon ampupu (kayu putih) yang tumbuh saling berhadapan. Sementara di tengahnya membentang jalan setapak menuju Danau Batur.
Di atas jalan setapak itu menggantung banyak kukusan bamboo yang dicat berwarna warni. Terdapat juga beberapa spot foto yang indah dan kekinian, serta beberapa ayunan untuk bersantai.
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Ampupu Kembar, Jero Gede Kasuma ditemui belum lama ini menjelaskan, objek wisata Ampupu Kembar ini baru dibuka pada 3 Desember 2017 silam. Meski tergolong baru, rata-rata kunjungan wisata terbilang cukup tinggi. Kebanyakan wisatawan lokal. Saat kemarau, rata-rata kunjungan ke Ampupu Kembar mencapai 30 orang per hari.
Jumlah kunjungan biasanya meningkat saat akhir pekan dan hari raya. Di dalam objek wisata ini, terdapat tiga macam atraksi yang ditawarkan, mulai dari spot untuk berfoto, lokasi memancing, hingga camping ground di pinggir danau.
Dijelaskan Jero Kasuma, sebelum menjadi tempat rekreasi, mulanya wilayah itu hanyalah hutan ampupu biasa yang dipenuhi semak. Hutan ampupu yang lokasinya berada di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Batur Bukit Payang milik BKSDA Bali itu juga kumuh karena dipenuhi banyak sampah.
Dengan mengajak masyarakat sekitar yang awam dengan pariwisata, dirinya kemudian mencoba menata hutan itu secara perlahan. Sejalan dengan itu dibentuklah kelompok sadar wisata (pokdarwis) untuk mengelola bersama-sama hutan ampupu tersebut menjadi obyek wisata.
Untuk bisa mengelola Hutan Ampupu seluas kurang lebih 21 hektar itu, Pokdarwis Ampupu Kembar telah mendapat izin dari BKSDA. “Dari BKSDA tidak ada larangan jika wilayah hutan dikelola, selama tidak merusak hutan,” katanya didampingi Wakil Ketua Pokdarwis I Wayan Wismargi.
Jero Kasuma mengungkapkan sejak berjalan selama setahun terakhir, masyarakat yang tergabung sebagai anggota Pokdarwis mulai mengalami perubahan dalam memandang keelestarian hutan. Mereka yang sebagian besar bekerja sebagai petani dan penggali batu, kini sudah mulai sadar pentingnya menjaga kebersihan lingkungan hutan. “Ide awal pengembangan ini sebenarnya kita angkat untuk pemberdayaan. Supaya masyarakat tahu tentang pariwisata, tidak hanya jadi penonton saja,” kata Jero Kasuma.
Untuk menarik semakin banyak wisatawan, Jero Kasuma mengatakan pihaknya akan melakukan pengembangan dan penambahan fasilitas. Rencananya pihaknya akan membuat homestay, panggung budaya, kantin, dan memperbanyak spot foto.
Dikatakan Jero Kasuma, untuk menikmati wisata di Ampupu Kembar, pengunjung hanya dikenakan tiket Rp 10 ribu per orang. Dari tiket yang dikenakan itu, Rp 5 ribunya disetor ke BKSDA dan sisanya dikelola Pokdarwis untuk pengembangan obyek wisata tersebut.
Sementara itu, salah seorang pengunjung asal Jerman, Sven Nikel mengaku senang berkunjung ke Ampupu Kembar karena suasananya natural. Dirinya yang datang bersama istri dan dua orang anaknya sangat menikmati udara di areal Ampupu Kembar yang menurutnya sangat segar. (Dayu Swasrina/balipost)