Ilustrasi. (BP/dok)

Oleh Khalid Fikri Nugraha Isnoor

Memasuki pengujung tahun 2018, intensitas hujan di beberapa wilayah di Indonesia akan semakin meningkat. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) masih mengingatkan ancaman cuaca buruk, gelombang tinggi, dan angin kencang di beberapa wilayah di Indonesia masih harus diwaspadai.

Kita tahu bahwa presipitasi atau hujan merupakan fenomena alam yang sering terjadi, di mana tetes-tetes air yang terkandung dalam awan jatuh ke permukaan bumi. Tetes-tetes air ini tidak selamanya jatuh ke permukaan bumi, akan tetapi tetes-tetes air ini terkadang juga bisa menguap di atmosfer, fenomena inilah yang disebut dengan virga.

Fenomena virga memiliki ciri khas yang bentuknya seperti tirai yang menjuntai seperti gabungan dari beberapa awan. Virga muncul seperti ekor atau jejak dari awan yang menggapai permukaan tanah, kadangkala membentuk awan seperti pintu gerbang yang besar. Walaupun ada fenomena virga yang terjadi dan begitu indah jika diamati, akan tetapi siapa sangka fenomena tersebut justru bisa menjadi dampak buruk bagi dunia penerbangan.

Salah satu dampak bahaya yang bisa ditimbulkan dari virga yaitu microburst atau penyimpangan arah angin dalam skala yang kecil. Microburst adalah sebuah downdraft (angin yang mengempas ke bawah) dalam skala kecil secara cepat yang turun ke tanah yang menyebabkan adanya perubahan kecepatan angin menjadi lebih kuat.

Baca juga:  Dua Wilayah di Bali Masih Alami Kekeringan Ekstrem

Microburst dibagi menjadi dua yaitu microburst kering dan basah, microburst yang dihasilkan dari virga merupakan microburst kering. Area yang diliputinya biasanya kurang dari empat kilometer. Microburst mampu menghasilkan angin lebih dari 100 mili per jam (mph) yang bisa menyebabkan kerusakan yang signifikan bagi pesawat yang melintasinya atau apa pun yang ada di bawahnya. Rentang waktu terjadinya sebuah microburst adalah sekitar 5 – 15 menit dari waktu awal fenomena tersebut terbentuk.

Kemudian dapat diuraikan lebih dalam lagi, bagaimana microburst kering ini bisa terjadi saat virga. Fenomena virga sebetulnya serupa dengan hujan pada umumnya akan tetapi karena hujan ini tidak sampai ke permukaan bumi maka disebutlah virga.

Pada saat hujan turun inilah, microburst bisa terjadi, hujan yang turun bercampur dengan udara kering dan ditambah dengan lingkungan bersuhu panas atau tinggi menyebabkan tetes-tetes air mulai menguap dan proses penguapan ini mendinginkan udara. Udara sejuk tersebut turun dan mengalami percepatan saat mendekati tanah. Ketika udara sejuk tersebut mendekati tanah, udara tersebut akan menyebar ke segala arah dan penyimpangan arah angin inilah yang disebut microburst.

Baca juga:  Dari Bencana Menuju Bijaksana

Adapun dampak yang ditimbulkan oleh microburst bagi pesawat yaitu pesawat yang terkena microburst dapat menyebabkan hilang kendali bahkan pesawat bisa turun beberapa ribu feet/kaki menuju permukaan tanah. Apabila pesawat sudah hilang kendali maka tidak menutup kemungkinan kecelakaan bisa terjadi dan tidak sedikit juga kasus pesawat jatuh yang terjadi karena microburst ini.

Terkait dengan kecelakaan tersebut, pakar cuaca penerbangan menyebutkan bahwa microburst yang terjadi di ujung landasan adalah yang paling berbahaya terutama ketika pesawat hendak takeoff dan landing di ujung landasan pacu bandar udara. Microburst tidak hanya menyebabkan downdraft, akan tetapi dapat juga menyebabkan headwind (angin yang berlawanan arah dengan pesawat) atau angin yang bertiup dan mendorong bagian depan pesawat, dengan arah angin yang berlawanan ini akan menghambat pesawat saat landing dan memberikan tekanan saat takeoff.

Kemudian tailwind (angin yang datang searah dengan pesawat) atau angin yang bertiup dan mendorong bagian belakang pesawat. Saat pesawat akan landing apabila terjadi perubahan arah angin secara tiba-tiba dan menyebabkan posisi pesawat dan arah angin searah, hal ini dapat menyebabkan pesawat akan overshoot atau melewati ujung runway yang diakibatkan oleh dorongan dari tailwind tersebut, kemudian cross wind (angin yang bergerak dengan arah memotong lintasan runway). Hal ini dapat mengakibatkan pesawat terdorong keluar dari jalur runway.

Baca juga:  Pariwisata, Pilar Ekonomi Bali

Apabila di suatu bandara terjadi fenomena seperti disebutkan di atas, pihak meteorologi penerbangan atau BMKG yang terdapat di bandara tersebut pasti akan menginformasikan kepada maskapai sebelum pesawat melakukan takeoff dan landing, sehingga pilot bisa melakukan antisipasi dan memperkirakan apa yang harus dilakukan ketika terjadi hal demikian sehingga kecelakaan pesawat bisa diminimalisasi, walaupun sebenarnya pesawat pada zaman sekarang telah dilengkapi dengan berbagai alat canggih yang dapat mendeteksi bahaya yang berada didekat pesawat, namun pengamatan dan prakiraan dari pihak meteorologi tetap sangat dibutuhkan.

Fenomena virga tidak selalu disertai dengan kejadian microburst. Ada tidaknya microburst tergantung dari seberapa besar perbedaan temperatur, tekanan, dan banyaknya awan hujan yang terbentuk di atmosfer. Namun, walaupun tidak terjadi microburst di area terjadinya virga, sebaiknya jika melihat fenomena tersebut pilot dapat segera menghindari dengan cara meminta izin menaikkan ketinggian kepada ATC (Air Traffic Control) untuk terbang di atasnya agar keselamatan penerbangan dapat terjaga dengan sebaik-baiknya.

Penulis, pengamat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *