NEGARA, BALIPOST.com – Bencana banjir bandang selain terjadi di Tukad Biluk Poh, Desa Penyaringan juga terjadi di Tukad Yehembang. Meskipun tidak sampai merusak rumah warga, namun banjir tersebut mengakibatkan akses jalan di Yehembang Kauh dan jembatan desa sempat tertimbun lumpur.
Selain itu, dampak yang hingga saat ini masih dirasakan warga adalah putusnya pipa air bersih swakelola. Padahal ratusan KK untuk kebutuhan sehari-hari bergantung dari saluran air tersebut.
Sejumlah warga di banjar Munduk Anggrek mengaku sejak akhir pekan lalu atau pascabanjir tak dapat lagi merasakan air bersih. Tandon-tandon air yang mereka sediakan untuk menampung air kosong. “Sudah tidak ada air lagi, pipa-pipa putus tersapu banjir,” ujar Mangku Kembar, salah satu tukang air di Banjar Yeh Buah. Menurutnya hampir semua pipa hancur ikut terdampak banjir awal pekan lalu. Total panjang pipa yang rusak itu kurang lebih satu kilometer dari sumber air.
Dengan kerusakan tersebut dipastikan warga yang bergantung air dari pipa swadaya ini belum bisa merasakan air seperti biasanya sampai penggantian pipa. Diperkirakan membutuhkan waktu hingga sebulan ke depan. Sementara warga yang terdampak dari rusaknya pipa-pipa swadaya itu hingga ratusan KK di Banjar Yeh Buah dan Banjar Munduk Anggrek. “Sekarang warga terpaksa mencari air di sungai. Mandi juga di sungai, air tidak mengalir lagi,” ujar Gusti Made Sedana, tokoh masyarakat setempat.
Warga berharap kondisi ini segera pulih. Meskipun harus ada perbaikan pipa-pipa, diharapkan untuk antisipasi awal ada bantuan air bersih. Selain saluran air yang mati, beberapa ruas jalan penghubung antarbanjar masih terselimuti lumpur.
Pembersihan sudah dilakukan warga dengan bergotong-royong manual bahkan saat penampahan Galungan lalu. Namun lantaran lumpur yang tebal dan luas, belum semua bisa tertangani. Seperti yang terlihat di Pangkung Telepus, Banjar Munduk Anggrek, lumpur masih menggenangi jalan sehingga menyulitkan warga yang melintas.
Untuk air bersih, warga di Yehembang Kauh masih bergantung dari pipa-pipa swadaya memanfaatkan sumber air dari hulu. Di dua banjar yakni Yeh Buah dan Munduk Anggrek tercatat 600 KK yang memanfaatkan pipa-pipa swadaya tersebut baik untuk air minum maupun kebutuhan sehari-hari lainnya. (Surya Dharma/balipost)