NEGARA, BALIPOST.com – Dua hari besar keagaman dirayakan umat dalam waktu yang berdekatan. Umat Kristiani merayakan Natal pada Selasa (25/12).
Sementara sehari sesudahnya, umat Hindu juga melaksanakan Hari raya Galungan yang jatuh pada Buda Kliwon Dungulan, Rabu (26/12).

Rangkaian pelaksanaan Galungan itu juga diawali dengan pelaksanaan sugihan Jawa, sugihan Bali, penampahan serta manis galungan. Dua hari raya besar keagaaman yang tiba berdekatan itu dipandang istimewa oleh Bupati Jembrana I Putu Artha.

Baca juga:  Sikap Dewan Berubah, Rencana Pinjaman RS Wangaya Ditunda

Artha mengharapkan momen istimewa itu hendaknya bisa dijadikan wahana untuk lebih memperat lagi toleransi antar umat beragama yang telah terjalin dengan baik selama ini, khususnya di Jembrana. “Jembrana sangat heterogen. Bahkan dikenal dengan taman mininya Bali, karena berbagai suku,agama hidup berdampingan secara rukun dan harmonis. Hal itu harus senantiasa dijaga dengan sikap saling menghormati, menjaga, termasuk saat merayakan hari besar keagamaan,” sebut Artha.

Baca juga:  Keberadaan Kota Gianyar Tak Bisa Lepas dari Puri Agung Gianyar

Ditambahkannya, meskipun berbeda namun tiap umat bisa hidup harmonis berdampingan. “Perbedaan itu sesungguhnya bukan sesuatu yang harus dipertentangkan, perbedaaan itu adalah suatu yang harus kita rayakan bersama dengan toleransi,” cetusnya.

Sementara itu, pelaksanaan dua hari raya baik Natal dan Galungan di Jembrana terasa berbeda dan meriah. Dari pengamatan, pemasangan penjor tidak hanya di wilayah perkampungan atau komunitas Hindu namun juga di wilayah yang ada umat Kristen juga terpasang penjor.

Baca juga:  Gede Dana-Artha Dipa Ucapkan Selamat Galungan dan Kuningan

Seperti di jalan menuju Gereja di Gumbrih dan perkampungan umat Kristiani di Belimbingsari dan Palasari. Demikian juga saat beribadah juga mereka menggunakan pakaian adat. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *