NEGARA, BALIPOST.com – Banjir bandang yang terjadi akhir pekan lalu mengakibatkan ratusan pohon di kawasan hutan dan pinggir sungai tersapu air. Sebagian besar terdampar di sepanjang pantai pesisir Selatan Jembrana.

Sejak Minggu (23/12) sore, pesisir pantai Air Kuning hingga Delodberawah mendapatkan kiriman gelondongan kayu. Warga yang berada di pesisir berupaya membersihkan kiriman kayu-kayu yang sebagian besar masih utuh itu.

Hampir sepanjang pesisir pantai dipenuhi sampah kayu. Seperti di Pantai Yeh Kuning, Air Kuning hingga Mendoyo. Kayu yang terdampar sebagian besar masih utuh berbentuk gelondongan dengan berbagi ukuran dan jenis.

Sejumlah warga hingga penampahan Galungan masih disibukkan memotong kayu-kayu berukuran besar yang terdampar di pinggir pantai itu. Sejumlah kayu ukuran besar di antaranya merupakan kayu hutan dipotong menggunakan alat pemotong kayu.

Baca juga:  Sempat Lama Kosong, Jabatan Kapenrem Diisi

Oleh warga, kayu-kayu yang terdampar dipilih. Untuk yang ukuran besar ada yang langsung dipotong. Namun banyak juga yang sengaja ditali lantas diikatkan ke pohon pinggir pantai agar tidak terseret air laut lagi. “Kalau sehari tak mungkin bisa (dipotong), yang kecil-kecil dikumpulkan untuk kayu bakar oleh warga. Kalau yang besar belum tahu untuk apa nanti, yang penting dipotong dulu,” terang salah seorang warga ditemui beberapa waktu lalu.

Menurut warga sejak puluhan tahun belum pernah ada peristiwa semacam ini. Apalagi kayu-kayu terdampar rata memenuhi pantai dari barat sampai timur. Sejak puluhan tahun baru kali ini ada kayu terdampar hingga sepanjang garis pantai.

Baca juga:  Hasil Pengecekan Hulu DAS, Ini Penyebab Banjir Bandang di Biluk Poh

Sementara itu, di sepanjang bantaran sungai Tukad Biluk Poh juga banyak terdampat kayu yang berasal dari hutan.  Bahkan kayu-kayu yang diduga dari hutan itu jadi rebutan.

Yang menjadi keresahan dari informasi, ada petugas yang memotong kayu besar dari hutan tersebut dengan mesin pemotong kayu malah dilaporkan ke polisi oleh masyarakat dan petugas itu dipanggil dan dibina oleh polisi. Adanya permasalahan tersebut dan tidak ingin masalah ini sampai pada kasus hukum, pihak desa Penyaringan melakukan rapat koordinasi Jumat (28/12).

Perbekel Penyaringan Made Destra dikonfirmasi membenarkan pihaknya menggelar rapat baik dengan KPH Bali Barat, Babinsa dan Bhabinkamtibmas juga perangkat juga tokoh desa. Selain membahas masalah penanganan pascabanjir bandang juga banyaknya temuan kayu hutan.

Baca juga:  Kerugian Infrastruktur Akibat Longsor dan Banjir Bandang di Buleleng Capai Rp 5,8 miliar

Dari koordinasi dengan KPH Bali Barat, mereka meminta agar kayu-kayu tersebut diamankan. Tetapi untuk kelanjutannya belum jelas akan digunakan apa kayu kayu itu.

Untuk mengamankan yang jumlahnya cukup banyak tersebut, desa juga sudah memberi tanda. Termasuk yang dipinggir pantai akan diambil dan diamankan. “Kami mohon agar desa dan warga yang terdampak banjir bisa menerima manfaatnya. Dan kami juga hati-hati agar nanti tidak jadi masalah hukum/kasus karena ini menyangkut kayu hutan,” jelasnya.

Destra mengaku tidak tahu nama jenis kayu yang banyak ditemukan. Namun informasi dari KPH itu jenis kelas 1 dan 2.  “Yng jelas cukup banyak,” ujar Perbekel. (Surya Dharma/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *