TABANAN, BALIPOST.com – Adanya curah hujan yang tinggi menyebabkan kualitas buah manggis Pupuan mengalami penurunan. Banyak buah yang mengalami kores (bercak coklat pada buah) hingga busuk buah.
Karena banyak yang kores, petani terpaksa menjual murah buah-buah ini. Dari info terakhir, untuk buah manggis yang mengalami penurunan kualitas ini dijual dengan harga Rp 5.000 per kilo.
Kepala Bidang Peningkatan Produksi dan Hortikultura Dinas Pertanian Tabanan, Wayan Suandra, Selasa (1/1) mengatakan, seharusnya bulan-bulan ini adalah musim panen raya manggis. Namun adanya musim hujan dengan curah tinggi menyebabkan sebagian besar buah manggis yang dihasilkan mengalami kores hingga ada yang busuk buah.
Buah yang kores ini tidak masuk dalam persyaratan ekspor buah manggis ke Tiongkok. Sehingga petani melepasnya dengan harga murah ke pasar domestik. “Di samping itu pula buah manggis yang mengalami kores ini banyak. Sehingga menyebabkan harga jualnya pun menjadi murah. Terakhir Rp 5.000 per kilo,” jelas Suandra.
Meski banyak buah yang mengalami kores, namun beberapa petani ada yang memanen buah manggis dengan kualitas super dan layak ekspor. Untuk buah kualitas super ini harganya mencapai 30.000 per kilogram. “Ada yang memanen manggis kualitas super dan memenuhi kualitas eskpor. Hanya jumlahnya kecil,” ujar Suandra.
Karena penyebabnya adalah musim hujan dengan curah yang tinggi, diakui Suandra tidak ada yang bisa dilakukan petani untuk mencegahnya. Diharapkan pada panen tahun berikutnya, musim akan lebih mendukung.
Suandra juga mengimbau agar petani melakukan pemupukan setelah panen tahun ini. Tujuannya untuk menambah kesuburan tanah dan menyehatkan kembali tanaman.
Sementara itu eksportir manggis Jero Putu Tesan mengungkapkan, harga manggis di tingkat petani memang mengalami penurunan. Penyebabnya, karena adanya musim hujan yang turun sebulan terakhir bertepatan dengan puncak musim panen manggis. “Banyak buah yang mengalami busuk buah. Karenanya produksi manggis tahun ini tidak maksimal bisa disalurkan ke pasar ekspor,” ujarnya.
Jelas Tesan yang juga Ketua Asosiasi Manggis Indonesia, turunnya serapan jumlah manggis untuk pasar ekspor membuat stok manggis di tingkat petani maupun pasar lokal menjadi membludak. Dampaknya, harga manggis di pasar lokal yang sempat Rp 25 ribu-Rp 45 ribu per kg turun tajam ke level Rp 5.000 per kg. “Saat ini mungkin sudah hampir 70 persen terjadi penurunan untuk perdagangan ekspor manggis ke Tiongkok. Saat ini rata-rata eksportir manggis hanya mengirim 5-10 ton per hari, tidak lagi mengirim hingga 50 ton per harinya,” ujarnya.
Sambungnya, terkait kualitas manggis ini, sebelumnya juga sempat dikomplain oleh buyer di Tiongkok. Faktor itu pula yang membuat banyak eksportir memilih untuk menunda sementara waktu ekspor ke Tiongkok.
Harapannya, kondisi tersebut tidak berlangsung lama dan kualitas manggis petani kembali dalam kondisi bagus. Sehingga ekspor ke Tiongkok bisa kembali dilakukan dalam volume yang maksimal. (Wira Sanjiwani/balipost)