SEMARAPURA, BALIPOST.com – Bertepatan dengan hari raya Kuningan, Sabtu (5/1), diselenggarakan puncak karya mamungkah di Pura Dalem Agung Kawitan Pratisentana Shri Nararya Kresna Kepakisan (SNKK), Banjar Dukuh Nyuh Aya, Desa Gelgel, Klungkung.
Sejumlah tari sakral dipentaskan seperti Topeng, Wayang lemah, Rejang Dewa, Baris Gede dan Rejang Renteng, diiringi gong tegak dan slonding, serta pesantian.
Sejumlah sulinggih memimpin prosesi puncak karya. Diantaranya, di utama mandala upacara dipuput Ida Pedanda Istri Anom Keniten, Ida Pedanda Gde Kediri Putra Keniten, Ida Pedanda Kekeran Blahbatuh, dan Ida Pedanda Buda Keling.
Usai di utama mandala dilanjutkan upacara mapeselang, dipuput Ida Pedanda Griya Gede Kemenuh dan Ida Dalem Surya Sogatha Puri Klungkung.
Mapeselang adalah upacara sebagai lambang bertemunya Ida Bhatara Kawitan dengan pratisentananya. Beliau melimpahkan karunia berupa cinta kasih, dalam bentuk penciptaan dunia beserta isinya. Beliau diwujudkan sebagai Purusa Predana, sebagai Dewa Semara Ratih, lambang dewa cinta kasih.
Di balai peselang, juga dilakukan upacara majejiwan dipimpin Ida Pedanda Buda Keling dan Ida Pedanda Kekeran Blahbatuh. Upacara majejiwan memiliki makna menghidupkan kehidupan atau menjiwai segala yang hidup.
Kemudian upacara dilanjutkan dengan prosesi Nginang dipuput Ida Pedanda Istri Suryati Keniten. Sedangkan upacara Pedanan di madya Mandala dipimpun Ida Pedanda Putra Kumpul Griya Bona.
Selain di Pura, upacara karya juga dilaksanakan di Pura Beji Dalem Agung Pura Kawitan Pratisentana Shri Nararya Kresna Kepakisan, yang dipuput Ida Pedanda Griya Purnawati Blahbatuh.
Sekretaris Panitia Karya, Dr. I Made Legawa, SE mengatakan, setelah puncak karya ini, Ida betara Kawitan akan nyejer hingga tanggal 15 Januari. Selama Ida betara ngadeg/nyejer, akan dilakukan upacara pengayaran.
Pasemetonan pratisentana SNKK dipersilakan untuk tangkil menghaturkan bhakti. Selain itu dilangsungkan juga upacara makebat daun dan bangun ayu pada 9 Januari, upacara nyenuk 11 Januari, dan nyegara gunung 19 Januari 2019.
Karya yang diselenggarakan pratisentana SNKK di Pura Dalem Agung adalah karya yang kedua. Karya pertama tahun 1994, setelah mulai dipugar kembali tahun 1984, pasca terdampak letusan Gunung Agung di tahun 1963.
Saat Gunung Agung meletus, laharnya menghanyutkan Pura Dalem Dukuh dan Pura lainnya. Tapakan Ida Betara Kawitan berupa Pratima pernah distanakan untuk sementara di Puri Keramas. Kemudian untuk menyatukan kembali Pratisentana dari Ida Betara Kawitan, dilakukanlah pemugaran kembali ditahun 1984.
Pura Dalem Agung memiliki sejarah cukup panjang. Pura Dalem Agung awalnya bernama Pura Dalem Dukuh. Dibangun masa pemerintahan Raja Dalem Waturenggong oleh Patih Agung Kyai Agung Petandakan, salah satu pasemetonan pratisentana SNKK.
Yang distanakan di Pura Dalem Agung adalah Ida Betara Kawitan, Shri Nararya Kresna Kepakisan. Beliau, salah satu trah Raja Kediri yang ditugaskan mendampingi Sri Aji Kresna Kepakisan menjadi Adipati Bali, beristana di Samprangan sekitar tahun 1352 – 1380 Masehi.
Selanjutnya, penyempurnaan pura dalem dukuh dilanjutkan oleh Ida I Gusti Agung Maruti. Setelah akhir pemerintahan dan pergi ke Jimbaran, pura Dalem Dukuh selanjutnya diempon Pratisentana SNKK dari treh Pangeran Nyuh Aya dengan cara nyineb wangsa, yang kini terhimpun dalam satu banjar Dukuh Nyuh Aya, Desa Gelgel.
Ida Betara Kawitan Shri Nararya Kresna Kapakisan distanakan di pelinggih meru Tumpang Sia, sedangkan leluhur yang dilainnya distanakan di gedong dalem diantaranya, Pangeran Nyuh Aya, Pangeran Asak dan para leluhur lainnya yang meninggal di Gelgel. (Agung Dharmada/balipost)