NEGARA, BALIPOST.com – Pembangunan Wantilan di sebelah Pura Dalem, Desa Pakraman Nusamara, Yehembang Kangin dipertanyakan warga. Berbulan-bulan bahkan hingga pergantian tahun belum ada kelanjutan soal proyek tersebut. Anggaran sudah turun sejak tahun lalu, tetapi bangunan baru sebatas fondasi dan tiang untuk penyangga kap baja.
Pengamatan Senin (7/1), bangunan dengan luas sekitar 16×7 meter ini baru sebatas fondasi batu dan tiang baja. Tidak ada pengerjaan di lokasi yang berada jauh dari permukiman warga itu. Selain itu, sejumlah tumpukan material, berupa batu urug dan pasir serta bagian kap baja berada di sekitar lokasi.
Sejumlah warga ditemui mengaku pengerjaan bangunan itu sering digunjingkan masyarakat. Apalagi informasinya anggaran sudah turun dan diserahkan kepada pemborong. Tetapi sejak awal, proses pengerjaan dari membuat lubang hingga pemasangan batu hanya dua orang.
Perbandingan di Desa Pakraman lain yang bantuannya turun bersamaan sudah hampir rampung. Bahkan terlihat lebih besar layaknya wantilan. “Sekarang sudah awal tahun, belum juga selesai dan kondisi bangunan seperti itu,” tandas seorang warga.
Terkait permasalahan itu, Bendesa Pakraman Nusamara, Made Sukantra dikonfirmasi mengakui sering menerima pertanyaan warga terkait pembangunan wantilan itu. Sejak awal proposal pengajuan ke pusat melalui komunitas.
Dari verifikasi bantuan yang turun senilai Rp 350 juta. Bantuan itu untuk pembangunan fondasi bawah termasuk kap baja tetapi dengan atap genteng. Termasuk tiang-tiang wantilan berbahan baja ringan.
Pihaknya juga mengakui dari penyampaian komunitas, bantuan Rp 350 juta tersebut sudah Rp 280 juta diserahkan ke pemborong. Pihaknya juga sudah menekankan agar saat karya Piodalan Pura Dalem, pertengahan Februari nanti, bangunan itu sudah selesai.
“Memang banyak yang menanyakan Wantilan itu, tapi saya hanya bisa menekan komunitas. Sekarang harus selesai sebelum karya di Pura Dalem,”. Semestinya dana yang dibayarkan ke pemborong itu tidak langsung sebanyak itu. Bendesa juga mengakui pengerjaan sering tersendat-sendat. Bilapun ada pekerja, hanya dua orang saja untuk menggali dan memasang batu pondasi. (surya dharma/balipost)