Nyoman Suwarjoni Astawa. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – PLN memprediksi pada 2021 Bali akan defisit listrik jika tidak ada tambahan energi. Sebelumnya Jawa Bali Crossing (JBC) lewat udara, sebagai solusi tambahan energi, tidak bisa dilakukan karena adanya penolakan.

Beruntung, dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN sebelumnya, ada tambahan pembangkit 135 MW di Bali sebagai bridging sebelum nanti JBC ada. Menurut General Manager (GM) PLN Unit Induk Distribusi (UID) Bali I Nyoman Suwarjoni Astawa, Senin (7/1), dengan adanya defisit ini, akan berdampak pada capacity balance, artinya kapasitas untuk supply tidak seimbang.

Baca juga:  Satu Lagi, Tersangka Korupsi Lahan Tahura Masuk Kejaksaan

Maka dari itu, PLN akan melakukan evaluasi terhadap growth (pertumbuhan) Bali, tidak hanya growth penjualan tapi juga beban puncak. Ini juga akan dijadikan pegangan untuk memprediksi growth Bali 10 tahun lagi. “Kami akan melihat apakah dengan JBC mundur, apakah perlu pembangkit sebagai bridging agar jangan sampai nanti Bali terjadi defisit. Jika berdasarkan growth yang sebelumnya, sepertinya tahun 2021 kalau tidak membangun apa-apa, Bali akan defisit. Sehingga di RUPTL sebelumnya ada tambahan pembangkit 135 MW di Bali sebagai bridging sebelum nanti JBC ada,” bebernya.

Baca juga:  Bali, Laboratorium Hidup Kebudayaan

Dengan prediksi defisit tersebut, diperlukan pembangkit yang bisa menutupi kebutuhan listrik sampai JBC selesai dibangun. Perlu waktu 3 tahun untuk menyelesaikan JBC tersebut. Sementara dua tahun lagi, Bali sudah menghadapi ancaman defisit listrik.

Beruntung dalam RUPTL sebelumnya, ada tambahan pembangkit 135 MW dari PLTU, PLTG, PLTGU. Sementara PLTU dari batubara tidak boleh lagi digunakan di Bali sesuai arahan Gubernur Bali. Maka pilihan berikutnya adalah PLTG. “Gasnya darimana, itu semua akan kita kaji. karena supply gasnya belum ada dan Pertamina belum menyediakan. PLTG Gilimanuk sekarang masih pakai minyak, seharusnya pakai gas. PLTG Pemaron masih pakai minyak belum pakai gas. Dua PLTG itu saja belum pakai gas,” sebutnya.

Baca juga:  Bukan Denpasar, Zona Merah Ini Jadi Penyumbang Tambahan Korban Jiwa COVID-19 Terbanyak

Wacana akan membangun LNG hub di Bali dinilai bagus karena bisa menjawab energi primer untuk bisa menyupply pembangkit di Bali. Selain itu LNG hub juga bisa menjadi penyupply pembangkit–pembangkit di sekitar Bali, seperti NTT. Soal lokasi, ia menilai Celukan Bawang merupakan tempat yang cocok membangun LNG Hub. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *