Pasutri di Banjar Antungan, Desa Blahbatuh, hidup di rumah rusak yang sudah termakan usia. (BP/dok)

Kemiskinan merupakan musuh dari setiap keluarga, umat manusia, dan negara. Tetapi selama kehidupan sosial itu bergerak, kemiskinan pasti selalu ada. Ada teori yang mengatakan bahwa kemiskinan dari mana pun seginya itu, merupakan wujud dari kekalahan.

Artinya, tidak mampu bersaing atau memperbaiki kondisi diri dengan perubahan sosial dan perkembangan zaman yang ada. Idonesia berjuang mengatasi kemiskinan sejak zaman penjajahan. Di luar kontroversinya, transmigrasi itu adalah upaya untuk menekan kemiskinan.

Namun sampai sekarang, kemiskinan itu tidak pernah lari dari Indonesia. Kurang lebih jumlah masyarakat miskin di Indonesia mencapai 25 juta. Jumlah ini tidak sembarangan karena di dunia ini banyak negara yang berpenduduk kurang dari jumlah tersebut.

Bagi pemerintah tidak mudah menurunkan angka kemiskinan ini. Kita maklumi karena kemiskinan itu melekat dengan karakter sosial. Sekadar perumpamaan, apabila di dalam satu kampung itu seluruh masyarakatnya miskin, akan sulit memperbaiki kondisi mereka.

Baca juga:  Kemiskinan Meningkat, Pejabat Bali Disoroti Jarang Turun ke Bawah

Karena kondisi sosialnya sama maka mereka tidak merasa miskin. Justru mereka merasakan senasib dan sepenanggungan. Satu saja keluarga yang mencoba bergerak untuk beranjak dari kemiskinan di wilayah itu, maka akan mendapatkan reaksi dari anggota masyarakat lainnya. Inilah kondisi di Indonesia.

Ada yang mengatakan bahwa kemiskinan di Indonesia itu adalah sebuah kesalahan. Negara kita ini demikian kaya dengan berbagai sumber daya. Tetapi penduduknya masih ada yang hidup di bawah garis kemiskinan. Secara teori, seharusnya tidak ada masyarakat yang miskin.

Karena itulah, kemiskinan di Indonesia disebut sebuah kesalahan. Mungkin pemerintahnya yang salah dalam mengelola sumber daya atau masyarakatnya yang tidak bisa mengelola sumber daya itu.

Baca juga:  Entaskan Pengangguran dan Kemiskinan, Pemkab Dorong Penyerapan Naker Melalui Padat Karya

Sekali lagi, seluruh potensi sumber daya yang mampu memproduktifkan manusia ada di Indonesia. Air, angin, minyak, tambang, laut, sinar matahari, budaya, pemandangan, hutan, tanah, seluruhnya ada. Negara lain sampai cemburu dengan keberadaan sumber daya tersebut.

Lalu bagaimana cara mengelola itu? Di sinilah barangkali kelemahan bangsa kita. Tidak adanya kreativitas yang tinggi untuk mengelolanya, termasuk keberanian untuk melakukan terobosan.

Katakanlah misalnya untuk tanah dan air. Tidak banyak warga yang mau mengelola tanah dan air secara lebih baik. Menanam padi dengan baik adalah perpaduan pengelolaan tanah dengan air. Tetapi toh kita sampai sekarang mengimpor beras dari negara lain. Padahal, Indonesia merupakan negara luas dengan daerah persawahan yang juga teramat luas. Jadi, ada yang keliru dengan pengelolaan sumber daya kita.

Ke depan, harus ada sinergi yang benar antara pemerintah dengan masyarakat untuk mengelola sumber daya kita.

Baca juga:  Ranperda RPJPD dan RPJMD, Pansus dan Eksekutif Pertajam Target Makro Pembangunan Bali

Masalah kemiskinan memang selalu ada di setiap negara. Adalah benar juga jika kemiskinan itu tidak dapat dihilangkan. Tetapi yang jelas, kemiskinan dapat ditekan sampai batas yang paling rendah. Jumlah kemiskinan yang sampai 10 persen dari jumlah penduduk negara yang 250 juta tersebut masih dirasa cukup besar.

Maka akan menjadi pekerjaan yang cukup menantang di masa depan untuk menekan agar kemiskinan ini semakin kecil lagi. Pemerintah sudah menyediakan sarana yang cukup untuk itu. Jalan raya telah mulai dibangun, sekolah sudah sampai ke pelosok dan aliran listrik sudah juga mulai banyak di Indonesia. Satu yang harus ditekankan adalah kesadaran agar kita dapat bekerja keras memanfaatkan segala sarana agar dapat terlepas dari kemiskinan.

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *