DENPASAR, BALIPOST.com – Karateka nasional asal Bali Cok Istri Agung Sanistya Rani atau akrab disapa Coki sedang berbburu tiket Olimpiade Tokyo 2020. Persyaratannya, ia harus terjun dalam berbagai event Premier League maupun event internasional Seri A di berbagai negara.
Hingga kini, Coki menduduki peringkat 16 besar kelas -55 kg versi World Karate Federation (WKF). Sedangkan untuk Olympic standing point, Voki bercokol di urutan 9 besar.
Artinya, peluang untuk tampil pada hajatan multievent empat tahunan terakbar di jagat raya ini terbuka lebar. Hanya kendalanya, syarat untuk berlaga pada Olimpiade Tokyo yang pertama kali mempertandingkan cabor karate ini, Coki harus melakoni Premier League dan Seri A yang memerlukan biaya besar. “Asalkan ada yang membiayai, saya siap bertarung sendirian ke negeri orang,” tutur karateka kelahiran Klungkung, 31 Desember 1994 ini.
Apalagi, di antara delapan karateka nasional yang berburu tiket Olimpiade, hanya Coki yang tembus sepuluh besar. Sedangkan tujuh karateka lainnya, terlempar di urutan yang cukup jauh. “Saya target urutan ketujuh delapan atau sembilan tak masalah, yang penting bisa berlaga di Olimpiade,” ucap putri pertama pasangan Cok Gede Purnomo Sidi dengan Cok Istri Agung Surat Mirah ini.
Syaratnya, Coki ke depan harus melahap 15-20 event internasional, guna memuluskan langkahnya ke Tokyo. Event terdekat di Paris, 25-27 Januari. Tetapi PB FORKI tak mengirimkan atletnya.
Otomatis peringkat WKF dan Olympic standing point Coki bergeser. Akan tetapi Coki masih berharap bisa turun di Dubai pada 15 Februari 2019.
Coki penah bertarung sendirian ke Rotterdam atas biaya KONI Klungkung, bahkan didampingi pelatih lokal negara tersebut. Sementara kans masuk timnas skuad SEA Games Filipina 2019, Coki harus bertanding di ajang Piala Kasad, di Banjarmasin, Kalsel, Maret 2019.
Coki mendulang emas di kelas -61 kg, pada SEA Games Malaysia 2017. Ia juga peraih perunggu kelas -55 kg di Asian Games 2018, serta perak di kumite beregu dan perunggu kumite perorangan SEA Games Myanmar.
Ia memulai belajar karate di Dojo Inkai Garing Kerti Negara. Alumnus SMAN 1 Negara ini, sempat kuliah di Unas Jakarta dan Undiknas Denpasar, namun tak sampai tamat.
Coki pernah bekerja di BKD Provinsi Bali, mengambil jatah PNS bagi peraih emas SEA Games. Coki mutasi dari Jembrana ke Klungkung pada 2016, tetap belum pernah mengibarkan bendera Bumi Serombotan di ajang Porprov Bali.
Pasalnya, pada Porprov Bali XIII/2017 di Gianyar, dirinya harus bertanding ke mancanegara. Sedangkan Porprov Bali XIV di Tabanan, September nanti, ada aturan peraih emas SEA dan peraih medali Asian Games dilarang tampil. “Saya kecewa tak bisa membela Klungkung,” ujarnya.
Yang membanggakan, Coki memecahkan mitos karateka Bali sulit menyabet emas di PON. Hal itu dibuktikan ketika dirinya mendulang emas di kelas -55 kg, pada PON XIX/2016 di Jawa Barat. Apalagi, jika tiket Olimpiade digenggamnya, otomatis pecah telur dan untuk pertama kalinya karateka Bali tampil di Olimpiade. (Daniel Fajry/balipost)