Ilustrasi UKM. (BP/may)

Tantangan ekonomi 2019 telah banyak disuarakan. Mulai pelemahan daya beli, rendahnya daya saing, hingga perang dagang global. Jika tantangan ini menguat tentu pesimisme menghadapi tahun 2019 juga menguat. Terlebih tahun ini juga diwarnai tahun politik. Tahun ini cenderung disikapi dengan ketakutan pihak pemodal melakukan investasi.

Namun, kita tentu tidak boleh terjebak oleh kondisi ini. Aktivitas ekonomi dan festival budaya yang menjadi event tahunan bisa menjadi pilihan. Penguatan ekonomi haruslah dilakukan untuk membangun optimisme  ekonomi 2019. Banyaknya event, festival, pesta budaya, atau apa pun namanya di Bali saat ini, mesti dimanfaatkan secara optimal.

Pihak penyelenggara serta pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) harus melakukan sinergi yang apik untuk memberi manfaat yang positif untuk pemberdayaan ekonomi publik. Dampaknya harus dapat dirasakan secara optimal. Syukur-syukur, dan memang semestinya begitu, ada pihak lain yang turut terlibat dalam hal ini. Misalnya, pihak perbankan atau pengusaha besar lain yang membantu mengenalkan mereka ini.

Baca juga:  Dorong Digitalisasi UMKM, Grab Hadirkan 5 Solusi #TerusUsaha di Bali

Selama ini kan memang persoalan yang membelit pengusaha UMKM adalah permodalan, jejaring, serta kesempatan untuk melihat ”dunia luar”. Jadi, dengan semakin bayaknya event maka kesempatan mereka pun menjadi semakin banyak serta luas.

Dapat berinteraksi dengan berbagai kalangan serta masyarakat secara luas, tentu ini merupakan peluang besar. Sebab, kemungkinannya berkembang menjadi semakin besar pula. Akan ada interaksi, paling tidak mereka bisa berjualan secara aktif karena ada pihak-pihak yang merangkul mereka. Tidak hanya pemerintah, tetapi kalangan swasta yang maju pun bisa berperan sebagai bapak angkat.

Baca juga:  Membidik Wisatawan Berbelanja

Hal ini tentu menjadi semangat baru. Tidak hanya pengusaha UMKM itu sendiri, juga pemerintah serta kalangan swasta. Ini merupakan gerakan untuk membantu pemerintah secara keseluruhan.

Membantu menggerakkan ekonomi kerakyatan serta perdesaan. Mengenalkan dan memberikan kesempatan belajar untuk hal-hal baru yang inovatif. Pergaulan pun akan membuat mereka lebih kreatif dalam menciptakan produk. Tidak hanya sifatnya konvensional tetapi juga sudah mulai ada sentuhan kreatif yang cocok dengan zamannya.

Seperti diketahui, produk UMKM di Bali tidak hanya berdimensi ekonomi, tetapi juga ada kandungan budayanya. Tidak sedikit produk yang dihasilkan merupakan perwujudan suatu budaya masyarakat tertentu.

Baca juga:  Menjaga Beban Psikologis Anak

Hal ini tidak hanya nantinya menjaga agar suatu daerah berkembang pesat pengusaha serta produknya tetapi juga berimbas positif lain yakni masyarakat setempat juga mampu melestarikan budayanya. Tidak hanya produk kerajinan tetapi juga kuliner. Tidak hanya itu, juga budaya serta kesenian dalam arti luas.

Tahun 2019 ini, hendaknya dikelola oleh pelaku UMKM secara cerdas dengan pertimbangan yang matang pula. Pelaku UMKK Bali tentunya harus punya target menjadikan Bali indikator  penguatan ekonomi. Kebangkitan UMKM Bali hendaknya tetap mendapat pendampingan dari pemerintah.

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *