Umat melaksanakan persembahyangan di Pura Lempuyang Luhur. (BP/nan)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Pemedek yang tangkil melakukan persembahyangan saat puncak Karya Panca Wali Krama di Pura Sad Kahyangan Lempuyang Luhur, di Desa Adat Purwayu, Desa Tribuana , Kecamatan Abang , Minggu (20/1) membludak. Bahkan, kendaraan pemedek yang tangkil memenuhi areal parkir.

Untuk naik ke Pura pemedek harus naik diangkut mobil bus yang telah disiapkan Dinas Perhubungan Karangasem. Karena tamu undangan saja yang diperkenankan naik.

Bendesa Adat Purwayu, I Nyoman Jati yang juga selaku Ketua Harian Panitia Karya Panca Bali Krama mengatakan, sehari sebelum puncak karya ini, telah diadakan acara Memben, Segara Kertih Mras Segara (Melast ), Maguru Piduka Segara Kertih, dan Mepedada. Ia mengatakan dalam rangkaian upacara pada puncak Wali Krama diawali dengan tari-tarian yaitu Tari Rejang Dewa, Tari Baris Gede, dan Topeng Panca dilanjutkan dengan Ida Bhatara tedun dan persembahyangan bersama.

Baca juga:  Serangkaian Nyepi dan Panca Wali Krama, Pantai Klotok Dipenuhi Umat Melasti

Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri mengucapkan terima kasih, terutama kepada panitia karya yang sudah bisa menyatukan pikiran didasari dengan tulus ikhlas dan bersama sama mengumpulkan dana untuk melaksanakan yadnya ini. “Selaku pemerintah Kabupaten Karangasem kami berharap  supaya yadnya ini berjalan dengan lancar dan setelah karya ini berakhir, semoga kita bisa menambahkan rasa asah asih asuh (persaudaraan) yang makin erat untuk Karangasem,” harapnya.

Baca juga:  Masyarakat Batur Utara Gelar Karya Melaspas dan Ngrsi Gana 

Sementara itu, Ketua Panitia Karya Panca Bali Krama I Wayan Artha Dipa mengatakan, upacara Panca Wali Krama adalah suatu upacara yadnya sebagai pembersihan (penyucian), tergolong dalam kelompok Dewa Yadnya dan Bhuta Yadnya yang memiliki fungsi sebuah persembahan kepada Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) sebagai pencipta dengan manifestasinya sebagai Dewa dan Bhuta yang menguasai arah penjuru mata angin.

“Tujuan untuk memohon anugerah penyucian alam semesta (Bhuana Agung) dan diri manusia (Bhuana Alit). Sekaligus memohon agar diberkati kerahayuan, kedamaian serta keharmonisan jagat raya beserta segala isinya (Sarwaprani). Inilah implementasi Tri Hita Karana yang kita sering bicarakan dan kita bumikan. Dan kami berharap upacara ini dapat berjalan dengan lancar,” ujarnya. (Eka Parananda/balipost)

Baca juga:  Kembali Digelar, Event Lari Sambil Nikmati Pemandangan Sawah di Ubud
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *