Suasana di Grand Watudodol pasca-operasionalnya dihentikan Pemkab Banyuwangi untuk penataan. (BP/istimewa)

BANYUWANGI, BALIPOST.com – Aktivitas di obyek wisata Grand Watudodol (GWD) Banyuwangi, ditutup. Akibatnya, sebanyak 23 tenaga harian lepas (THL) di obyek wisata di utara kota Banyuwangi ini memilih mogok kerja.

Para THL ini merupakan pengelola obyek wisata pantai itu. Lantaran mogok, tak satupun THL yang melaksanakan tugas kebersihan dan perawatan taman. Dampaknya, obyek wisata di Dusun Parasputih, Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo itu terbengkalai.

Padahal, sejak obyek wisata itu ditutup Pemkab Banyuwangi, 7 Januari 2019, para THL masih tetap bekerja. Para THL ini memilih mogok lantaran kecewa. Salah satunya, akibat rencana penggusuran 4 pengelola warung di lokasi.

Baca juga:  Diaspora Banyuwangi 2017, Fasilitas Cable Car Kawah Ijen Unjuk Gigi

Lalu, selama obyek wisata ditutup, pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi belum memberikan pelatihan seputar kebersihan dan penataan warung. “Kami kecewa jika ada empat warung yang rencananya digusur. Pengelola, pemilik warung, dan pelaku wisata yang bergerak di sini adalah pelaku sejarah sejak GWD sebelum terkenal, sampai menjadi destinasi unggulan Bumi Blambangan,” kata Koordinator THL GWD Abdul Aziz, Sabtu (19/1). Hingga, Minggu (20/1), aksi mogok masih terus berlanjut.

Baca juga:  Razia Tempat Hiburan, 45 Warga Terjaring

Pria yang juga Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pesona Bahari ini mengatakan mogok kerja merupakan salah satu bentuk solidaritas antarwarga yang menggantungkan hidup dari wisata GWD. Mereka memilih mengabaikan soal gaji bulanan. “Ini bukan masalah gaji. Empat pemilik warung yang rencananya digusur itu sama-sama perintis pengembangan GWD sebelum dipoles oleh pemerintah,” sesalnya.

Yang disesalkan lagi, penutupan GWD tanpa batas waktu yang jelas. Menurutnya, banyak calon pengunjung yang kecewa karena gagal menikmati pesona wisata di barat Selat Bali ini.

Baca juga:  Tahanan Penipuan CPNS Tewas Misterius di LP

Penutupan GWD, kata dia, juga berimbas bagi perekonomian warga. Hampir dua pekan masyarakat tak lagi memperoleh pemasukan. “Kami akan terus mogok, tak masalah tak digaji,” pungkas Aziz.

Sebelumnya, Pemkab Banyuwangi menutup obyek wisata GWD lantaran dilakukan renovasi dan pembenahan fasilitas. Renovasi untuk memberikan kenyamanan kepada pengunjung. “Kami ingin pengunjung bisa mendapatkan kenyamanan berwisata di GWD dan kesanGWD sebagai destinasi wisata internasional bisa terjaga. Untuk itu, sementara waktu GWD ditutup sampai pembenahan selesai,” kata Asisten Pembangunan dan Kesejahteraan Pemkab Banyuwangi, Iskandar Aziz. (Budi Wiriyanto/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *