Di tengah maraknya pembicaraan soal debat kandidat presiden, wacana pemilihan legislator malah terkesan sepi. Padahal, para legislator nanti akan mewakili aspirasi kewilayahan. Saat ini mungkin beberpa calon sudah melakukan simakrama politik secara rutin. Mereka mendatangi basis-basis suara yang mereka telah berikan bansos. Ini bagi petahana, yang bisa melakukan komunikasi dengan calon pemilihnya lewat iming-iming bansos.

Namun bagi calon pemula, hal itu tentu sulit dilakukan. Mereka hanya modal awal investasi sosial, atau mungkin juga sisa-sisa jabatan di pemerintahan. Yang pasti ada persaingan tak sehat dalam melakukan simakrama ke masyrakat. Kepincangan situasi ini akan membuat kecenderungan calon wakil rakyat yang terpilih dominan dari petahana jika tak ada edukasi politik yang cerdas dari berbagai lembaga swadaya masyarakat.

Baca juga:  "Usaba Dangsil" di Bungaya

Artinya, karena ini pemilihan keterwakilan, ada baiknya calon pemilih memilih calon yang ada dari wilayahnya. Ini sebatas saran dan pemikiran saya pribadi. Dengan memilih calon terdekat dengan aspirasi pemilih maka komunikasi dengan para calon wakil rakyat akan mudah. Ini juga akan lebih aspiratif jika mereka terpilih. Jadi, dana reses bisa dioptimalkan untuk kepentingan komunikasi kewilayahan.

Ini juga akan membuat peluang munculnya calon-calon legislator baru di gedung DPRD lebih terbuka. Jika pemilih tersandera oleh bansos maka yang akan punya peluang lolos  hanyalah mereka-mereka yang sudah melakukan investasi politik sejak lima tahun lalu. Ini tentu tak adil dalam pesta demokrasi yang diharapkan menjadi ruang aspirasi publik yang bebas dari kepentingan-kepentingan ekonomis pragmatis.

Baca juga:  Mundur Dari Ketua DPRD, Supriatna Digantikan Saudagar Buah Asal Bondalem

I Wayan Suarsana Putra

Gianyar, Bali

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *